Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lelaki Tua dan Sebilah Golok di Tangannya

27 November 2019   09:46 Diperbarui: 27 November 2019   09:57 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Cilacap.info)

Sehingga tak pelak lagi apabila kebetulan matanya sekilas menemukan bunga yang paling cantik, dan harum wanginya sampai menyengat penciumannya, tanpa sungkan ia pun langsung meminta kepada kedua orang tua si gadis untuk disunting sebagai istrinya.

Akan halnya orang tua gadis terpilih pun bak mimpi ketiban bulan. Tanpa syarat apa pun diserahkannya anak gadisnya dengan hati yang ikhlas. Bahkan akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi para orang tua manakala mendapatkan seorang menantu, seorang pendekar pilih tanding yang gagah berani membasmi kejahatan.

Akan tetapi di mata orang-orang yang sering melihat golok di tangan lelaki tua itu, tak lebih hanyalah besi tua berkarat saja. Jangankan untuk menebas leher musuh, dipakai menebas pohon pisang saja sepertinya tak akan bisa tumbang walau beberapa tebasan pun.

Begitu juga bagi para pendengarnya, kisah lelaki tua yang selalu diceritakannya itu, entah karena sudah sering didengarnya, entah karena soal lain, apa boleh buat mereka pun tak lagi mau mendengarnya dengan takzim. Bisa jadi hanyalah sebagai penghargaan terhadap lelaki paling tua, dan supaya tidak merasa sakit hatinya.

Sebaliknya lelaki tua itu justru semakin bersemangat saja saat mengisahkan jejak perjalanan hidupnya di masa lalu. Ada kenbanggaan tersendiri dalam jiwanya. Bahkan apabila menilik tingkah dan lakunya sekarang ini, lelaki tua itu sepertinya tidak, atawa belum menyadari akan keadaan dirinya.

Dia seakan masih tetap hidup di masa lalunya. Sebagai jawara pilih tanding, dengan jurus-jurus silat yang mumpuni.

Tak jarang kepada anak muda yang kesal dengan tingkah lakunya itu, lelaki tua itu pun mencoba menantang untuk berduel. Dianggapnya anak muda itu sebagai penyamun yang hendak mengganggu ketenteraman warga.

Bisa jadi karena merasa iba, dan bukannya tak sanggup melayaninya, anak muda itu lebih memilih untuk menjauh. Menghindar dari orang tua yang semakin pikun itu.

Ditinggal pergi oleh 'musuh'-nya, lelaki tua itu pun langsung menepuk dada. Belum apa-apa anak muda itu sudah menghindar. Ketakutan.

Dan dia pun merasa semakin tersanjung saja. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun