Pilih mana: miskin tapi sehat, atawa kaya tapi sakit-sakitan?
Jawabannya pasti kaya tapi sehat! Hahaha... Siapa sih orangnya yang mau hidup miskin dan sakit-sakitan lagi. Mendingan kaya-raya tapi sehat jiwa dan raganya.
Tetapi perkara kaya dan miskin, kata seorang teman, tergantung garis tangan masing-masing. Bisa jadi maksud teman saya, jika tangannya selalu bergerak untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan uang, kemungkinan besar tabungannya pun akan melimpah. Namun kalau kedua tangannya bersidekap terus -- apa lagi dengan telapak terkepal, sulit deh rasanya bakal punya duit. Bercanda ding!
Kembali ke permasalahan. Bicara tentang kesehatan, kakek bilang mahal harganya. Ya iyalah. Jangankan bagi orang miskin, mereka yang masuk golongan konglomerat pun kalau terserang sesuatu penyakit, repotnya bukan main.
Jangankan lagi menderita penyakit yang berat-berat. Seperti misalnya sakit kanker, jantung, diabetes dan lain sebagainya, sekalinya menderita sakit gigi saja, efek dari panas dalam misalnya, tersiksanya gak ketulungan. Iya 'kan?
Oleh karena itu, kakek bilang: Berbahagialah orang yang dikaruniai kesehatan. Jangan lupa lagi, banyak-banyaklah bersyukur.
Hanya saja kesehatan pun tidak serta-merta muncul begitu saja. Namun pastinya karena kita selalu menjaga dan memeliharanya. Kata kader penyuluh kesehatan, tergantung dari pola hidup orangnya juga.
Pola hidup sehat, identik dengan tindakan preventif. Misalnya saja dengan rajin berolah raga, tidak merokok, dan menghindari menenggak minuman keras, makan dengan rumus 4 sehat lima sempurna, dan selalu positif thinking. Bukan kata saya lho. Itu kata dokter keluarga yang belakangan ini sudah jarang saya kunjungi.
Betul koq. Malahan perempuan muda penerima pendaftaran pasien di tempat praktik dokter itu, ketika suatu waktu bertemu di sebuah pusat perbelanjaan, sampai mengira kalau saya pindah ke dokter lain. Kalau tidak salah memang sudah hampir dua tahun ini saya tidak pernah lagi sowan ke dokter.
Pasalnya bukan karena saya pindah ke dokter lain. Bukan. Melainkan karena selama dua tahun belakangan ini saya merasa sehat-sehat saja. Padahal dulu, rematik dan asam urat begitu akrab, dan sepertinya enggan angkat kaki dari tubuh saya ini.
Nah, berkat resep mantan Pangkostrad, mantan capres, dan sekarang jadi Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju, siapa lagi kalau bukan Prabowo Subianto, tubuh saya Alhamdulillah senantiasa sehat wal afiat.