Kabut menyungkup. Semua pintu tertutup. Saat diketuk, tak ada satupun yang menyahut. Entah kemana mereka. Tak nampak seorangpun yang ada, sekalipun hanya bayangannya. Apakah mereka bersembunyi karena enggan membukakan pintunya, atau memang sudah tak tinggal lagi dan pergi jauh entah kemana.
Aku menggigil dan gemelatuk. Sementara perut tak henti berkeriuk, karena sudah beberapa hari ini tak secuil makanan dan setetes airpun yang masuk ke mulut. Tapi aku bukan seorang pengemis yang berharap belaskasih mereka. Kudatang sekedar untuk mengulur tangan dan menyalami semua.
Pagi ini semua pintu tertutup dalam balutan kemelut. Aku terbatuk-batuk dalam deraan kantuk yang suntuk. Meskipun di sini tak seorang pun yang dapat kutemui, aku akan tetap melanjutkan perjalanan ini. Sebagai seorang kelana tak boleh sekalipun berputus asa. Siapa tahu di tempat lain akan ditemui wajah-wajah ramah nan ceria.
pagi berkabut, 14/11/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H