Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin | Seorang Lelaki Tua dengan Perempuan Muda pada Suatu Ketika

13 Oktober 2018   09:07 Diperbarui: 13 Oktober 2018   09:33 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amir Syarifudin, 59 tahun, seorang penasihat dalam organisasi kemasyarakatan di desanya, belakangan ini selalu saja merasa tak bisa lagi khusyuk ketika menunaikan shalatnya. Bayangan perempuan muda beranak dua yang menjadi salah seorang pengurus organisasi ituselalu saja tak pernah lepas dari benaknya.

Bukan hanya dalam shalatnya saja, bahkan di dalam setiap tarikan nafasnya dan dalam setiap kerjap matanya, sosok perempuan muda itu selalu saja ada. Seakan tak pernah mau beranjak barang sekejap juga dari alam bawah sadarnya.

Amir Syarifudin pun manakala menyadari hal itu merasa heran juga. Berbagai pertanyaan muncul dalam hatinya. Mengapa perempuan muda itu belakangan ini menjadi sedemikian merasuk dalam kehidupannya? Apakah perempuan muda itu sedang mengalami masa berahi sementara suaminya di rumah tak mampu melayaninya? Atawa jangan-jangan perempuan muda itu sedang dirasuk setan yang sedang mencoba menggoyahkan imankunya,a di rumah tak mampu melayaninyagoyahkan imannya, atawa memang perempuan muda itu sedang mengala?

Betapa belakangan ini Amir Syarifudin melihat perubahan yang sama sekali lain dari sebelumnya dengan sikap perempuan muda itu terhadap dirinya. Setiap kali ada rapat bulanan, selalu saja perempuan muda itu mengambil duduk dekat dengan dirinya. Tidak sebatas berdekatan dengan sewajarnya, melainkan kursi yang diduduki perempuan muda itu selalu digeser rapat dengan kursinya. Sehingga tubuh perempuan muda itu pun otomatis merapat juga dengan tubuhnya. Terutama bagian paha, dan terkadang kalau kebetulan perempuan muda itu mengajak bicara, salah satu buah dadanya yang penuh itu menekan hangat pada lengan Amir Syarifudin. Demikian juga sikapnya pun lain dari biasanya. Perempuan itu bersikap manja bukan lagi sebagai seorang anak kepada ayahnya, melainkan sebagai seorang perempuan yang sedang jatuh cinta kepada seorang pria.

Betapa tidak. Tidak hanya sampai seperti itu saja sikap perempuan muda itu terhadap dirinya. Manakala tiga hari saja lewat dari pertemuan bulanan organisasi, perempuan muda itu sering juga mengirim pesan pendek di telepon genggamnya. Misalnya saja isi pesan pendek itu berbunyi: "Sedang sibuk, Pak?" atawa, "Semoga Bapak senantiasa berbahagia menyambut hari yang serah ini." Dan  pernah juga beberapa kali di malam hari saat dirinya akan berangkat tidur ada pesan pendek dari perempuan itu yang isinya, "Selamat tidur, semoga mimpi indah menyertai Bapak..."

Wah,

Kalau ditaksir usia perempuan muda itu bisa jadi sebaya dengan anak sulung Amir Syarifudin sendiri. Sekitar 30 tahunan. Sehingga dirinya pun sejak mengenal perempuan muda itu memperlakukannya sebagai anaknya sendiri. 

Demikian juga perempuan muda itu menganggap amir Syarifudin sebkukannya sebagai anaknya sendiri. demikian mpuan yang sedang jatuh cinta kagai sosok seorang ayah. Bahkan lima tahun lalu ketika perempuan muda itu akan melangsungkan pernikahannya dengan pria pilihannya, amir syarifudin pun ikut sibuk juga membantu perhelatan di rumah orang tua perempuan muda itu. 

Begitu juga saat dilangsungkan akad nikah, Amir Syarifudin didaulat sebagai salah seorang saksi dari pihak mempelai perempuan.

Ketika lewat satu tahun usia pernikahannya, perempuan muda itu melahirkan seorang bayi laki-laki. Amir Syarifudin pun  ikut berbahagia karenanya. Malahan dengan bangganya ia menyatakan kalau bayi perempuan muda itu sebagai cucunya juga.

Akan tetapi, kenapa sikap perempuan muda itu belakangan ini jadi berubah seperti itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun