Hanya saja kehidupan seorang wartawan, dan penulis yang baru saja kujalani seumur jagung ketika itu, tidaklah seindah yang kubayangkan sebelumnya. Begitu banyak kerikil dan palang-palang yang menghadang. Sehingga pada ahirnya aku pun menyerah kalah. Bendera putih kukibarkan dengan terengah-engah. Â Kujalani kehidupan lain kemudian, dan sama sekali tanpa ada kaitannya dengan dunia yang sebelumnya kucita-citakan.
Begitulah.
Namun anehnya, saat aku mencoba untuk menjauhinya, dengan melakukan aktivitas lain tentunya, aku malah merasa kian terasing saja, apalagi bila membaca koran maupun buku-buku yang bagaimanapun tak pernah ditinggalkan, terlebih lagi belakangan ini setelah hadirnya media-media online, ya meskipun kegiatan menulis tak lagi kulakukan, tapi masalah membaca tetap saja menjadi bagian dari hidupku ini, sehingga akhirnya aku merasa tersiksa, dan semakin tidak merasa bahagia.
Akhirnya, ya akhirnya aku kembali beraktivitas lagi dalam dunia yang satu ini. Apa boleh buat, aku tak sanggup lagi untuk terus didera perasaan yang sedemikian menyiksanya. Paling tidak di usia tua ini akan kuhabiskan dengan terus menulis, dan menulis, sampai tak mampu lagi menulis. Barangkali karena dengan menulis itu saja kutemukan kepuasan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H