Begitu juga tokoh selevel Amien Rais, masih kerap terdengar nyinyir menyebut kecebong dalam nada sinis. Padahal selain oleh sebagian orang sudah dikategorikan sebagai tokoh nasional, terlebih lagi usianya sudah semakin tua saja, sepertinya ungkapan yang keluar dari mulut Amien Rais sudah tidak harus sarkas dan kebablasan di dalam mengkritisi lawannya. Alangkah terpujinya apabila sikap mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu berada pada posisi sentral yang mengayomi semua kelompok tanpa ada keberpihakan pada satu kelompok seperti yang dilakukannya selama ini.
Sehingga publik pun tidak akan sampai menjuluki Amien Rais sebagai tokoh wayang yang bernama Sengkuni lagi, yakni Patih negara Astina, adik dari begawan Dorna yang sama-sama memiliki watak tukang mengadu-domba.
Begitulah di antaranya sikap para pendukung Prabowo dalam upaya mengganggu pemerintahan Jokowi- JK. Dapt dimaknai sebagai sebuah dendam yang berkepanjangan. Sebagaimana pernyataan Fadli Zon tadi, bisa jadi secara diam-diam gangguan yang mereka lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tujuan ahirnya adalah untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi-JK.
Apabila ditelaah lebih jauh lagi, sikap-sikap semacam itu, sama sekali sudah jauh dari fondasi negara Indonesia sendiri yang berdasarkan Pancasila. Selama ini sikap mereka jelas bersifat kontra-produktif. Bukannya ikut bersama-sama sibuk membangun bangsa ini agar lebih maju lagi, sebaliknya mereka justru direpotkan dengan memikirkan bagaimana agar Jokowi dapat segera ditumbangkan.
Maka dengan demikian, sila ke-3 dalam butir-butir Pancasila, yakni Persatuan Indonesia sepertinya akan semakin sulit saja diwujudkan. Bangsa Indonesia ini sudah dipecah, dan dikotak-kotakkan oleh mereka yang mengaku dirinya sebagai tokoh dan elit di kelompoknya sendiri.
Sehingga kalau sudah demikian, jangan salahkan orang awam kalau sampai berani bilang: "Ini Presidenku, mana Presidenmu?" yang diungkapkan kepada sesamanya yang tidak sejalan di dalam pilihannya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H