Bisa jadi karena itu juga, Aep Deet suatu ketika pada 2009 lalu dengan suka cita bersedia "diculik" oleh orang-orang dari negeri jiran, Malaysia.
Ketika itu, dirinya kedatangan sejumlah orang dari Serikat Sunnah Tani dari Kelantan, Malaysia. Tamu-tamunya itu ternyata meminta Aep untuk membimbing cara bercocok tanam padi organik di sana, dibarengi dengan iming-iming balas jasa yang membikin mata terbelalak bagi yang mendengarnya.
Maka Aep pun tanpa pikir panjang lagi, dengan niat berbagi ilmu, dengan dibarengi harapan untuk merubah kehidupan ekonomi keluarga yang selama itu terasa masih tetap saja pas-pasan, ahirnya berangkat juga ke Malaysia dengan memboyong keluarganya. Memang benar apa yang dijanjikan para pengurus Serikat Sunnah Tani dari Kelantan itu, dalam setiap bulannya Aep menerima gaji yang kalau dirupiahkan senilai Rp 12 juta. Sehingga selama di Malaysia Aep sudah mampu menunaikan rukun Islam yang kelima. Pergi haji ke Saudi Arabia.
Selain itu Aep pun seringkali mendapat undangan berbagai seminar. Tidak hanya di Malaysia saja. saat itu Aep diundang juga ke negara Thailand, Vietnam, Myanmar, Bangladesh untuk jadi pembicara terkait bidang pertanian padi organik yang selama ini digelutinya.
Hanya saja saat sudah beberapa lama tinggal di Malaysia, telinga Aep mendengar ada tudingan seorang tokoh Indonesia yang menyebut dirinya sebagai pengkhianat bangsa. Padahal seharusnya tokoh tersebut jangan begitu gampangnya menuduh sekeji itu kalau tidak tahu duduk permasalahan yang sesungguhnya. Buktinya setelah tiga tahun lamanya Aep mondar-mandir Indonesia -- Malaysia, tokh akhirnya Aep kembali ke Tanah Air tercinta. Sementara kehidupan ekonomi keluarganya pun ikut juga kembali ke semula.
"Selain menggarap sawah, ya, bekerja sebagai kuli bangunan pun dilakoni juga," katanya seraya tertawa hambar.
Padahal saat menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan dan Pertanian dari orang nomor satu di Indonesia, Aep pernah berbisik kepada Jokowi, "Kami begitu merindukan seorang pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap petani."***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H