Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Siapakah Penerus Mang Ihin di Pilgub Jabar 2018 Mendatang?

27 Desember 2017   01:04 Diperbarui: 27 Desember 2017   01:44 2004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solihin GP, Gubernur Jawa Barat 1970-1975 (Tribun Jabar-Tribunnews.com)

Saat menjelang perhelatan demokrasi lima tahunan, begitu banyak konstituen yang menimbang dan menimang nama-nama kandidat yang akan menjadi pilihan. Baik dari kredibilitas, kapabelitas, maupun elektabilitasnya. Akan tetapi tak sedikit pula yang membanding-bandingkannya dengan sosok para pendahulu yang akan digantikannya. Terutama mereka yang dianggap berhasil selama mengemban amanah yang dilaksanakannya.

Sebagaimana halnya menjelang perhelatan pemilihan Gubernur dan Wakil gubernur Jawa Barat 2018 mendatang. Di antara 15 Gubernur yang pernah memimpin Bumi Parahiyangan itu, tentunya ada beberapa nama yang dianggap sukses dan berhasil di dalam mengemban tugasnya. Bahkan bisa jadi ada pula yang sampai menjadi legenda, yang tetap dikenang sepanjang masa.

Seperti misalnya saja nama Solihin Gautama Purwanegara, atawa yang lebih  akrab disapa dengan panggilan "Mang Ihin", tentunya adalah salah seorang legenda Gubernur Jawa Barat yang namanya masih tetap dikenang hingga sekarang.

Betapa tidak. Penulis yang ketika itu masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar, dan bertempat tinggal jauh di pelosok desa saja, begitu merasa akrab dengan nama Solihin GP. Kala itu, tahun 1970 saat  Mang Ihin mulai memangku jabatan Gubernur Jawa Barat, menggantikan Mashudi, dengan gebrakannya memasyarakatkan program tanam padi Gogo Rancah, disambut dengan antusias, karena memang sangat dibutuhkan rakyat Jawa Barat yang banyak dilanda rawan pangan.

Adapun program tanam padi Gogo Rancah itu adalah salah satu cara menanam padi di tanah darat, misalnya di kebun yang  kurang produktif. Sebelumnya cara tanam padi seperti itu biasa disebut berhuma. Maksudnya adalah untuk mempercepat upaya mengatasi kekurangan kebutuhan perut yang sangat mendesak.

Program lain yang hingga sekarang masih melekat dalam ingatan, adalah program" Rakgantang", singkatan dari Gerakan Gandrung Tangkal. (Tangkal = Pohon). Program tersebut adalah sebuah upaya untuk reboisasi, penghijauan, dan tujuan ahirnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Jawa Barat.

Dalam melaksanakan program Rakgantang, tidak hanya orang dewasa saja yang dilibatkan, anak-anak usia sekolah pun sudah diikutsertakan. Paling tidak , sebagaimana yang saya alami, selain selalu disosialisasikan oleh guru di depan kelas, bagaimana pentingnya pepohonan untuk hidup manusia di dunia ini, kami pun sudah mulai diajari bagaimana cara menyemai benih, memeliharanya, dan kemudian menanamnya pada tanah-tanah yang rawan longsor, dan tanah yang di bawahnya terdapat mata air. Tak lupa guru kami pun menjelaskan siapa sosok yang jadi penggerak program tersebut. Meskipun saat itu hanya melihat potretnya saja, kami warga Jawa Barat di pelosok desa pun menjadi akrab karenanya.

Bisa jadi program tersebut identik dengan program yang belakangan ini digalakkan secara nasional, yaitu gerakan Tanam Sejuta Pohon. Sehingga dengan demikian, Mang Ihin merupakan pelopor pertama dalam program tersebut.

Bahkan meskipun menjabat Gubernur Jawa Barat hanya satu periode saja, yaitu sejak 1970 sampai 1975, ternyata sikap Mang Ihin tidak pernah berubah sampai sekarang. Di masa tuanya, beberapa kali penulis mengikutinya dalam acara seremonial penanaman pohon.

Kecintaannya terhadap pelestarian lingkungan, bukanlah sesuatu yang hanya sebatas retorika sebagaimana para pejabat kebanyakan.  Meskipun jaman terus berubah, beliau tetap terobsesi untuk tetap menjaga lingkungan di Jawa Barat agar tetap hijau, dan rindang dipenuhi pepohonan.

Sepertinya konsistensi dan kecintaan Mang Ihin terhadap tanah Pasundan, belum ada yang mampu menyamainya hingga sekarang. Maka wajar jika sosok Solihin GP dijuluki sebagai legenda Gubernur Jawa Barat yang tak lekang dari ingatan.

Adakah di antara kandidat Pilgub Jabar 2018 mendatang yang akan mampu menjadi penerus sebagaimana jejak Mang Ihin?

Apabila dicermati, paling tidak setelah beberapa lama penulis seringkali berada di dekatnya, adalah sosok Anton Charliyan menjadi pilihan yang tepat sebagai penerus jejak Gubernur ke-10 di Jawa Barat kelak.

Meskipun ada perbedaan di atara keduanya, tetapi tak sedikit pula kesamaan yang melekat pada diri Mang Ihin dengan Abah Anton.

Mang Ihin bersama Anton Charliyan (Tribun Jabar-Tribunnews.com
Mang Ihin bersama Anton Charliyan (Tribun Jabar-Tribunnews.com
Misalnya saja Mang Ihin berlatar belakang militer. Dan pangkat terahirnya adalah Letna Jendral TNI AD. Sementara Anton Charliyan berlatar belakang Polri dengan pangkat di pundaknya adalah jenderal bintang dua. Meskipun demikian, penerapan sikap disiplin militer dan Polri tidak jauh berbeda tentunya.

Demikian juga kecintaan Anton terhadap tanah leluhurnya, tak dapat disangsikan lagi. Berbagai upaya, di antaranya melestarikan situs-situs budaya warisan leluhur Sunda, juga di sat menjabat Kapolwil Priangan, Anton pun giat melaksanakan gerakan penghijauan. Padahal bukan ranahnya dalam tugas dan kewajiban yang semestinya.

Bahkan ketika menjabat Kapolda Jawa Barat, bukti kecintaan terhadap tanah leluhurnya begitu jelas dan nyata adanya. Ketika penerimaan calon anggota Polri, Anton lebih memprioritaskan mereka yang  yang berasal dari Suku Sunda. Suku bangsa yang menjadi leluhurnya Anton juga. Memang di satu sisi dianggap kontroversial, dan melanggar aturan, juga bertentangan dengan SARA. Akan tetapi di sisi lain, tampak jelas dan nyata. Sikap Anton diterjemahkan sebagai bukti dirinya yang begitu sangat mencintai saudara, dan tanah leluhurnya tanpa reserve lagi adanya.

Jangan lupa juga, Solihin GP dan Anton Charliyan pun sama-sama putra Sunda kelahiran Tasikmalaya. Tidak menutup kemungkinan ada darah Mang Ihin yang mengalir pada diri Anton, paling tidak semangatnya yang membara dalam membangun Bumi Pasundan tercinta.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun