Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Klarifikasi Dewi Persik yang Menggelitik

26 November 2017   21:16 Diperbarui: 26 November 2017   22:47 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedangdut Dewi Perssik (Sumber: Kompas.com)

Perkara mobil seorang pedangdut yang menerobos jalur busway, atau jalur transjakarta di kawasan Pejaten, tepatnya depan mal Pejaten Village, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, menjadi perbincangan yang lumayan menghebohkan di media sosial.

Sebagaimana biasanya di dalam menanggapi suatu masalah, selalu saja muncul pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam kasus yang melibatkan pedangdut yang punya nama panggung Dewi Perssik tersebut. Para netizen ada yang bersimpati, tapi yang antipati, dan menuding perilaku 'ndeso' pedangdut asal Jawa Timur pun tak kalah banyaknya. Bahkan umpatan sebagai seorang arogan, mentang-mentang, juga memenuhi linimasa akun Instagram miliknya @dewiperssikreal yang memberikan klarifikasi terkait kejadian yang dialaminya.

Terlebih lagi setelah insiden antara sopir dengan petugas penjaga portal busway, para netizen tampaknya semakin liar saja mengomentari 'curhatan' yang mengaku public figure ini. Betapa tidak. Setelah dijelaskan Kadishub DKI Jakarta, disusul dengan laporan dari petugas penjaga lintasan yang diterima juru bicara PT Transjakarta, masalah pun semakin jelas, terang benderang. Sehingga wajar saja kalau 'curhatan' Dewi Perssik, menuai hujatan yang tak kalah serunya dibanding pernyataan sang penyanyi yang cenderung lebih tepat disebut amukan yang membabi-buta.

Sungguh. Saya sendiri ikut tergelitik juga ternyata. Tapi terus terang, bukan lantaran latah, ikut-ikutan untuk bersimpati, atawa sebaliknya ikut menghujat atas sikap arogannya. Sama sekali bukan. Memang sesungguhnya terus terang saja saya ini penikmat musik dangdut, akan tetapi terhadap penyanyi yang satu ini sejak awal kemunculannya hingga saat ini tak memiliki interest sama sekali. Entah mengapa. Bisa jadi tidak hanya terhadap pedangdut yang satu ini saja, kepada setiap pedangdut yang berperilaku di luar kewajaran, bahkan meloncat batas, dan berpenampilan seronok, sementara IQ-nya terkesan (maaf) jongkok, saya lebih suka memalingkan muka, dan menutup telinga. Lalu mengapa kali ini saya ikut bicara, tak lain dan tak bukan, karena saya tergelitik dengan klarifikasi yang disampaikannya.

Betapa tidak, sebagaimana yang saya kutip dari akun instagramnya@dewiperssikreal  di bawah ini:

@dewiperssikreal Begini ceritanya... sy lagi minta bantuan patwal utk mengawal kita ke rumah sakit fatmawati dikarenakan asma kabuh sesak nafas asisten sy. Kemudian polisi yg mengawal kami.. menyarankan agar kami melalui jalur busways atau transjakarta, didepan mall pejanten village, tepat pukul 19.30wib kami minta pada penjaga busway yang arogan itu utk membuka pintu jalur busways dikarenakan darurat, tapi kami tdk didgr dan bahkan dia sambil bernada tinggi meminta aa @anggawijaya88 turun dr mobil, lalu yg sy dgr aa bilang kami dalam pengawalan polisi, si penjaga busway bernada tinggi bilang kami bohong mana polisinya trus dada sipenjaga bushway itu didorongkan ke dada @anggawijaya88 lalu si aa tdk menggubris krn kami madih sadar bahwa kami public figur, tapi si polisi yg menjaga dijalur busway baik terhadap kami dan mau menunggu polisi yg mengawal kami yg tertinggal di belakang karena polisi yg mengawal kami melalui jalan arteri tidak melalu jalan bus way, namun si penjaga bus way malah semakin menjadi setelah warga setempat dan ojek online masuk ke jalur bus way secara bersama dan menghakimi secara sepihak tanpa mendengarkan penjelasan kami terlebih dahulu, otomatis naluri sy sbg wanita yg mencintai @anggawijaya88 takut dia dikebukin warga sy turun dari mobil dan minta tlg dgrkan pnjlsan kami jgn ada yg main fisik atau main hakim sendiri, tapi si penjaga busway itu merasa dpt dukungan warga yg tidak tau pokok permasalahannya malah semakin menjadi bhkan videoin sy, dan sy g mikir videoin dia krn sy menyelamatkn @anggawijaya88 dr kerumunan warga, bukan egois... wanita manapun pasti akan menyelamatkan org yg dia syg yang mau digebukin warga karena di kompori oleh petugas busway yg arogan, klu mmg salah tilang aja selesai utk apa hrs pake dada dan dorong2 org. Kamipun punya alasannya kok knp dijalur busway, sy siap utk mempertanggungjwbkan apa yg terjadi krn mmg kita dikawal dan bukan asal2an lewat jalur busway TANPA PERINTAH, yg sy kecewa knp warga tdk mendengarkan penjelasan kami terlebih dahulu ???? Knp malah mau main hakim sendiri ???? Kalau kalian tau alasannya apa iya kalian yg pake jaket ijo2 teriak2 bersama penjaga busway???

Saya menemukan dua kata yang berasal dari bahasa Inggris yang tertera di dalam klarifikasinya itu, yaitu public figure. Karena dua kata itu pula saya tergelitik untuk ikut berkomentar terhadap munculnya insiden yang melibatkan mantan istri dari pedangdut Saiful Jamil itu.

Sungguh. Saya merasa terpesona, dan terkagum-kagum manakala seorang pedangdut yang kerap disapa DP itu mengaku dirinya sebagai seorang public figure. Lalu saya pun mencari arti dua kata itu melalui mesin terjemahan Google, disambung dengan membuka Kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily yang diterbitkan PT Gramedia. Dan... Wow! Terjemahan dua kata itu kurang lebih artinya adalah tokoh masyarakat.

Lalu muncul pertanyaan, apakah sudah tepat pengakuan diri sebagai 'tokoh masyarakat' dari seorang pedangdut bernama DP itu?Bagaimanapun, yang disebut dengan tokoh masyarakat, pada umumnya adalah orang yang mempunyai pengaruh dan dihormati di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, pengaruh yang dimilikinya itu, tentu saja pengaruh yang baik, dan patut diteladani. Sementara pedangdut itu sendiri, perilaku dan penampilannya, apakah sudah patut disebut sebagai tokoh masyarakat?

Ah, lagi-lagi kelirumulogy muncul kembali. Saya pun hanya bisa tersenyum kecut saja ahirnya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun