Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jurus Maut Setya Novanto Menghadapi Jerat KPK

19 November 2017   13:09 Diperbarui: 19 November 2017   13:23 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Kompas.com)

Saat menonton acara berita di salah satu stasiun televisi di warung kopi langganan, tetiba seorang pengujung berkomentar atas pemberitaan Ketua DPR RI, Setya Novanto, yang sekarang ini sedang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta  Pusat, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal.

"Kesaktian Ketua Umum Partai Golkar ini sungguh tak ada yang menandinginya di negeri ini. Termasuk KPK sendiri, suka maupun tidak harus mengakui telah dikalahkannya secara telak!"

Sontak kami yang mendengarnya berpaling ke arah orang itu dengan penuh keheranan. Bahkan salah seorang di antara kami membantah pendapat itu.

"Lha sakti bagaimana, justru sekarang ini tersangka kasus korupsi e-KTP itu mati kutu. Tak berkutik lagi ruang perawatannya saja sudah dijaga polisi, dan para penyidik KPK sendiri. Tak lama lagi kalau sudah dinyatakan sehat oleh dokter, barang tentu akan dipindah ke ruang tahanan," kilahnya, dan di antara kami banyak yang amini pendapatnya itu.

Hanya saja, pihak yang dibantah pun langsung berpendapat, "Memang benar SN sekarang ini sedang terbaring sakit, dan dijaga ketat oleh aparat. Tapi bukan berarti yang bersangkutan sudah kalah telak. Malah sebaliknya, sakitnya itulah yang merupakan jurus maut SN dalam menghadapi serangan KPK.

Kita tentu masih ingat, saat ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi yang merugikan duit negara sebesar Rp 2.3 triliun itu untuk pertama kalinya. SN jatuh sakit, meskipun tidak jelas sakit apa yang dideritanya saat itu, dan dirawat di sebuah rumah sakit di bilangan Jatinegara, JakartaTimur. Bersamaan dengan itu SN mengajukan praperadilan. Lalu oleh hakim tunggal Cepi Iskandar, SN dinyatakan bebas. Tidak tersangkut kasus megakorupsi tersebut. Tak lama kemudian SN pun sembuh, dan kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Kalau disamakan dengan sebuah pertarungan, maka dengan gemilang SN telah mengalahkan komisi antirasuah dengan jurus sakitnya itu."

"Tapi sekarang KPK bangkit kembali, bukan? Bahkan langsung menetapkan lagi SN sebagai tersangka kasus yang sama," sela lawan bicaranya.

"Memang benar, tampaknya KPK terus memburu SN. Hanya saja saat menyantroni rumah ketua umum partai Golkar itu untuk menjemputnya, KPK ternyata pulang dengan tangan kosong. SN sama sekali tidak ditemukan para penyidik.

Itulah saktinya SN. Dia bukan hanya selicin belut yang senantiasa mampu melepaskan diri dari setiap persoalan hukum yang menjeratnya. Bisa jadi saat itu SN menggunakan ajian halimunan, yaitu suatu ajian yang mampu membuat dirinya tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Sehingga para penyidik KPK pun kehilangan jejaknya.

Apabila sekarang ini Setya Novanto dianggap banyak orang sudah mengalah, dan tidak berkutik lagi, bisa jadi anggapan itu belum sahih. Karena tidak menutup kemungkinan justru SN sedang mempersiapkan jurus mautnya untuk kembali meng-KO KPK.

Sebagaimana dikatakan pengacaranya kepada media, saat terjadi kecelakaan, kepala SN terbentur sehingga membuat benjolan sebesar bakpao di kepalanya. "Tidak menutup kemungkinan SN akan menderita gegar otak," lanjutnya.

 Nah, itulah. Itulah jurus mautnya itu. Gegar otak itu. Kemudian SN pun hilang ingatan. Amnesia menurut bahasa medisnya.  Sebagaimana saat ditanya hakim di pengadilan tipikor beberapa waktu lalu, maka di depan penyidik pun nantinya SN hanya akan menjawab: "Tidak tahu". "Tidak kenal", atawa "Tak ingat sama sekali". Bahkan lebih parah dari itu, SN hanya diam seribu bahasa saja. Sehingga ahirnya SN pun bebas lepas dari jeratan KPK."

.Analisa teman itu terdengar begitu meyakinkan. Apabila hal itu terjadi, betapa KPK akan tak berdaya menghadapi orang yang satu ini. ***

Serial Obrolan di Warung Kopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun