Makjleb!Â
Pertanyaan itu seperti sebuah anak panah yang menembus tepat sasarannya. Dan membuat saya seketika terbangun dari tidur lelap.Â
Sudah tiga bulan ini saya tidak menulis, apa lagi mempostingnya.Â
Hal itu bermula dari rasa kecewa atas perlakuan pihak yang "berkuasa", yang saya anggap telah bersikap tidak adil. Bahkan terkesan telah memperdaya saya yang selama ini mungkin dianggapnya sebagai orang yang selalu pasrah dengan apa pun yang terjadi.Â
Sungguh. Kekecewaan itu semakin bertambah dengan berbagai persoalan lain yang terjadi dalam perjalanan hidup saya belakangan ini.Â
Saya merasa terlempar ke dalam pusaran yang tak terfahamkan. Di usia yang semakin tua ini yang seharusnya mampu mengendalikan diri, justru malah harus terseret arus yang semakin deras menuju keterasingan.Â
Adalah seorang teman. Rekan Kompasianer Budi Susilo yang melepaskan anak panah itu dari busurnya.Â
Ketika saya memberi komentar dalam salah satu postingannya, beliau membalas dengan pertanyaan itu.Â
Ya, kenapa saya ini tidak lagi menulis, apa lagi mempostingnya di Kompasiana ini?Â
Kenapa saya ini harus merasa kecewa atas perlakuan pihak "penguasa" yang memang telah memanfaatkan kekuasaannya dengan semena-mena. Bukankah tugas saya ini hanya untuk menulis. Menulis, dan hanya menulis?Â