Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Nobar MotoGP dalam Genggaman

19 Maret 2022   10:55 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:00 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumber: liputan6.com)

Demam balapan "kuda besi" paling bergengsi di dunia ini, MotoGP, atmosfernya tidak hanya melanda kota-kota besar saja. 

Di pelosok desa pun tampaknya tidak jauh berbeda. Sama-sama membangkitkan gairah tersendiri, seiring adrenalin yang semakin melambung tinggi. 

Bagi pecinta balap MotoGP di kota-kota besar, dan termasuk golongan yang memiliki harta berlimpah, mereka dengan mudahnya dapat pergi menonton langsung di venue sirkuit tempat balapan diselenggarakan. 

Sementara bagi mereka yang hidupnya pas-pasan, solusi untuk dapat menyaksikan para pembalap pavoritnya yang berlaga di lintasan, cukup dengan nonton bareng di depan pesawat televisi, dan tidak sedikit juga yang mengandalkan gadget - terutama jenis telepon pintar yang cukup mudah dimiliki dewasa ini. 

Meskipun layar smartphone mereka relatif kecil, dan paling banter selebar 6,5 inci saja, tapi bagi mereka tampaknya cukup sudah merasa puas dapat menyalurkan hobi nonton olahraga yang satu ini. 

Tak terkecuali di pelosok desa tempat tinggal kami. Sebagaimana yang seringkali disaksikan, dan juga dilakukan oleh penulis sendiri (Hehehe...). Terlepas usia sudah beranjak tua, tapi kecintaan terhadap olahraga yang telah menjadikan legenda seorang Valentino Rossi ini ternyata sulit untuk dilewatkan begitu saja. 

Sebagaimana saat balapan seri pertama di sirkuit Losail Qatar. Dua minggu lalu. Karena persediaan kopi sudah habis, apa boleh buat meskipun sudah pukul sepuluh malam saya harus ke warung langganan di pertigaan. 

Meskipun sudah hampir larut malam, namun denyut kehidupan nyatanya masih tersisa lumayan berbinar. Buktinya sekumpulan anak-anak baru gede (ABG), usia SMP, bercampur anak usia SMK tengah berkumpul di sebuah rumah yang  berseberangan dengan warung sembako tempat saya berbelanja. 

Hanya saja sebagaimana biasanya generasi Z di manapun, kumpulan ABG itu begitu asyik dengan telepon genggam di tangan masing-masing. Hanya sesekali dari mulut mereka keluar suara teriakan yang sama sekali tidak diperhatikan oleh sesama yang di dekatnya. Sementara beberapa sepeda motor matic berjejer terparkir di halaman rumah tempat ABG itu yang jumlahnya hampir 30-an orang itu. 

"Wah, lagi panen rupanya nih!?" tegur penulis kepada pemilik warung. 

"Lumayanlah untuk nambah-nambah pemasukan..." sahutnya sambil menyerahkan kantong plastik berisi belanjaan saya. 

"Bukan lumayan lagi, 30xRp 3 ribu saja sudah berapa. Belum lagi dari cemilan dan kopinya..." 

Memang jeli juga pemilik warung langganan ini. Untuk menarik pelanggan, di warungnya sudah cukup lama berlangganan IndiHome, jaringan internet yang dikelola Telkom. 

Tidak disangsikan lagi memang. Jaringan internet yang berkabel ini jauh berbeda jauh dibandingkan dengan yang nirkabel. Pengalaman penulis sendiri, karena memang sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting, telah merasakan sendiri. 

Sesungguhnya tidak hanya di warung langganan saja yang memasang WIFI dari IndiHome itu. Beberapa warung lainnya di kampung kami memasangnya juga. Bahkan sebuah warung kafe yang letaknya di jalan raya menuju kota kecamatan, meskipun berada jauh dari pemukiman warga, selalu ramai dikunjungi pelanggan. 

Penulis sendiri sering mengunjunginya. Karena selain menyediakan banyak menu makanan dan minuman, di warung kafe itu pun disediakan WIFI gratis. Sehingga dengan mudahnya dapat memposting tulisan. Agar dapat dengan cepat diprosesnya, tentu saja. 

Bagaimanapun kalau mengandalkan jaringan nirkabel, seringkali merasakan kesulitan. Baik saat mengirim, atau mendownload gambar ilustrasi, maupun mencari referensi bahan bacaan. Apa lagi jika cuaca sedang tidak mendukung. 

Bisa jadi faktor kecepatan yang tinggi itulah, oleh para pelaku usaha - sebagaimana pemilik warung langganan di pertigaan jalan, dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 

Dengan cara menjual voucher berisi nomor pin senilai Rp 3 ribu untuk beberapa waktu yang telah ditetapkan, warga yang di rumahnya sendiri belum memiliki jaringan internet dapat menyaksikan berbagai tayangan yang disukainya.  Termasuk pertandingan sepak bola lokal dan manqcanegara, maupun balapan MotoGP yang memang mengundang banyak peminatnya itu. 

Bisa jadi Minggu (20/3/2022) besok pagi pun diprediksi akan banyak pelaku usaha, khususnya di kampung kami yang memasang WIFI - tentu saja, akan banyak yang kecipratan rezeki dari perhelatan piala MotoGP yang digelar di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok, Nusatenggara Barat. 

Para pecinta adu cepat "kuda besi" yang tidak mampu pergi menonton langsung di venue sirkuit, akan ramai-ramai menyerbu warung sembako maupun warung kafe tentunya.

Sesuai dengan peribahasa: Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Apa boleh buat. Hasrat hati inginn menonton langsung, apa daya keuangan tidak mendukungnya. Maka: Tak ada rotan akar pun jadi. Puaslah hati meski menyaksikan pertunjukan yang disukai hanya melalui smartphone murahan juga. 

Yang penting jaringan internet mendukung dengan kecepatan stabil, dan tidak terpengaruh cuaca, tentunya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun