Makhluk gaib, penjelmaan dari korban lalu lintas, maupun jin di sebuah tanjakan jalan raya, atau juga jalan tol seringkali dianggap sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas oleh sebagian masyarakat yang masih kental dengan nuansa mistis di negeri ini.Â
Misalnya saja di jalan nasional antara Tasikmalaya - Bandung, di kenal ada sebuah jalur yang menanjak dengan nama Tanjakan Gentong, yang terletak di kecamatan Kadipaten, kabupaten Tasikmalaya.
Tercatat banyak sekali kecelakaan lalu lintas yang terjadi di tanjakan Gentong, seperti yang terjadi pada 2018 lalu, lima kendaraan terlibat kecelakaan maut.Â
Kendaraan yang terlibat kecelakaan maut di antaranya truk bermuatan pasir D 9472 AE, Agya D 1496 ADJ, Xenia D 1747 AGR, Avanza B 1269 PYY, dan Brio R 9378 TC.Â
Kondisi terparah dialami penumpang Agya merah yang terhantam dan terhimpit truk bermuatan pasir. Empat warga Ciamis penumpang mobil Agya merah dikabarkan meninggal dunia.
Peristiwa kecelakaan maut tersebut ternyata masih banyak yang menghubungkannya akibat dari gangguan makhluk astral penunggu jalur tanjakan tersebut. Tepatnya di sebuah jembatan.
Di pertengahan jalur tanjakan tersebut terdapat sebuah jembatan yang di bawahnya merupakan rel kereta api, dan jembatan tersebut dikenal dengan nama jembatan Cirongge.
Setiap melintasi jembatan Cirongge, banyak pengemudi mobil, terutama sopir bus, truk, maupun kendaraan umum lainnya, yang suka melemparkan rokok, atau uang koin di sekitar jembatan tersebut.
Usut punya usut, ternyata kebiasaan para sopir itu adalah merupakan bentuk "saweran" untuk penunggu jembatan Cirongge, agar kendaraan yang dikemudikannya tidak mengalami kecelakaan di sepanjang jalur tanjakan Gentong - Simpang, Kadipaten yang berkelok-kelok, dan rawan longsor tersebut.
Menurut warga setempat, konon penunggu jembatan Cirongge adalah arwah seorang sinden muda yang mati dijadikan sebagai tumbal oleh Belanda saat pembangunan jembatan tersebut.
Sinden muda nan cantik jelita bernama Neng Syarifah itu, setiap akan terjadi kecelakaan di jalur tanjakan Gentong, konon seringkali menampakkan diri dengan berpakaian kebaya merah jambu, rambut disanggul serta membawa tas hitam kecil.
Lain halnya dengan kisah mistis penunggu tanjakan Emen yang terletak di jalur jalan yang menghubungkan antara Bandung dan Subang, Jawa Barat, tepatnya berada di Kampung Cicenang, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.
Selama ini Tanjakan Emen memang dikenal angker. Banyak yang tewas saat melintas di jalan sepanjang sekitar dua kilometer itu.
Seperti misalnya dengan beberapa peristiwa kecelakaan maut yang terjadi di tahun 2017, kecelakaan ini dialami oleh satu keluarga yang menaiki minibus dari arah Bandung menuju Subang. Mobil minibus ini kehilangan kendali hingga menabrak satu motor serta dua mobil lainnya. Akibat kecelakaan tersebut, satu orang meninggal dunia dan sisanya mengalami luka berat.
 Demikian juga dengan yang terjadi pada tahun 2018, kejadian nahas di Tanjakan Emen yang cukup menggemparkan publik.
Bagaimana tidak, kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (9/2/2018 ) ini memakan korban jiwa sebanyak 27 orang.
Puluhan korban meninggal tersebut dikabarkan terlempar dari bus serta ada pula yang tergencet badan bus.
Bus yang mengangkut rombongan anggota koperasi itu, baru saja meninggalkan wisata kawah Gunung Tangkuban Perahu untuk kembali pulang ke Tangerang Selatan via Tol Cipali.
Ada Apa di Tanjakan Emen Tersebut?
Hingga sekarang ini masih banyak pengemudi mobil, terutama kendaraan umum yang biasa melintasi jalur tanjakan tersebut suka melemparkan rokok, dan membunyikan klakson.
Konon mereka masih meyakini bahwa banyak terjadinya kecelakaan di tanjakan tersebut akibat dari gangguan makhluk astral yang bernama Emen.
Dari berbagai cerita yang beredar, konon sekitar tahun 1956, ada seorang sopir oplet jurusan Lembang-Subang yang bernama Taing, alias Emen mengalami kecelakaan hingga opletnya terbakar saat membawa 12 orang penumpang.
Walakin terlepas dari masih banyak yang mempercayai terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh gangguan makhluk astral, atau gaib, seperti yang dicontohkan di atas tadi, sesungguhnya faktor yang lebih dapat dicerna oleh nalar adalah kondisi jalan itu sendiri yang harus lebih diperhatikan oleh setiap pengguna jalan.
Betapa tidak. Baik tanjakan Gentong, maupun tanjakan Emen, selain jalurnya yang banyak berkelok-kelok, ditambah dengan tanjakannya yang kemiringannya lumayan curam, belum lagi apabila tiba musim hujan yang rawan longsor, merupakan faktor-faktor yang seharusnya diperhatikan dengan serius demi keselamatan setiap pengendara.
Sehingga bisa jadi faktor human error, atau kelalaian pengemudi pun menjadi penyebab utama dari setiap kecelakaan lalu lintas di jalur  jalan tersebut, seperti kendaraan yang tidak laik jalan, pengemudi yang ngantuk dan lelah...
Oleh karena itu, waspada dan berhati-hati, serta jangan lupa berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing agar selamat sampai tujuan, tentunya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H