Menjelang pertandingan persahabatan dengan tajuk FIFA Matchday menghadapi timnas Timor Leste, beberapa catatan perlu menjadi perhatian pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Hal ini tidak terlepas dari skuad Garuda yang akan ditampilkan di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali yang rencananya akan dilaksanakan pada 24 dan 27 Januari 2022 ini, lantaran didominasi para pemain muda usia.
Di satu sisi, sudah pasti bagi para pemain muda usia ini akan semakin menambah jam terbang mereka dalam pertandingan internasional. Terutama dengan mematangkan mental mereka.
Akan tetapi di sisi lain, patut diperhatikan jika selama ini timnas Timor Leste terkenal dengan gaya permainan keras yang menjurus brutal.
Publik sepak bola Indonesia tentunya masih ingat, permainan keras Timor Leste ketika bertemu dengan skuat Garuda di SEA Games 2017 pada 20 Agustus 2017. Permainan keras Timor Leste berujung keributan di lapangan.
Bermula dari pelanggaran keras yang dilakukan oleh penggawa Timor Leste Gumario Moreira, yang menerjang Evan Dimas dan mengangkat kaki terlalu tinggi.Â
Akibatnya, ketika itu Evan Dimas terjatuh dan memancing emosi pemain Indonesia lainnya. Evan Dimas sebelumnya sudah dikasari Filipe Oliveira.
Saling dorong antar pemain kedua kesebelasan terjadi. Septian David Maulana juga terjatuh, diduga karena menerima dorongan.Â
Asisten wasit sampai masuk untuk membantu memisahkan. Tiga kartu kuning, termasuk untuk Evan Dimas dan Marinus Wanewar serta satu kartu merah dikeluarkan wasit Nagor Amir bin Noor Mohamed.
Berkaca pada peristiwa tersebut, di samping Shin Tae-yong agar mewanti-wanti skuadnya tidak terpancing emosi, dan tetap bersikap tenang apabila para pemain timnas Timor Leste memperagakan permainan keras, dan mencoba memancing keributan di tengah lapangan, juga jangan sampai para pemain Indonesia mengalami cedera.
Lantaran agenda yang akan dihadapi cukup padat, maka apabila sampai ada pemain yang sampai mengalami cedera, sudah pasti akan menimbulkan hal yang tidak diharapkan. Apa lagi jika sampai permanen cedera yang dialaminya.
Oleh karena itu, Indonesia diminta bersikap dewasa saat melawan Timor Leste yang sudah dikenal suka bermain keras, dan juga bermain compact defense.
Di samping itu, publik pun mempertanyakan batalnya Elkan Baggott untuk ikut memperkuat skuad Garuda saat menghadapi timnas negara tetangga sebelah tenggara itu.
Paling tidak kebersamaan, dan kekompakan pemain naturalisasi ini dengan para pemain lokal, diragukan bisa terjalin dengan baik. Karena jarangnya latihan dan bermain secara bersama-sama.
Hal ini pun patut kiranya menjadi catatan bagi PSSI, dan Shin Tae-yong sendiri - tentu saja. Bagaimanapun kekompakan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu kesebelasan sepak bola.
Terlebih lagi tidak lama kemudian timnas Indonesia U-23 bakal mempertahankan gelar juara turnamen piala AFF Suzuki Cup U-23 di Kamboja.
Sehingga dikhawatirkan apa yang pernah dilontarkan anggota Exco PSSI, Haruna Sumitro, akan menjadi kenyataan.
Namun terlepas dari itu, bisa jadi Shin Tae-yong pun sudah mempersiapkan segalanya. Termasuk dalam mengantisipasi ketidakhadiran beberapa pamain andalannya yang sedang berkiprah di klub luar negeri.
Adapun catatan ini merupakan bentuk kepedulian, dan dukungan, karena kecintaan terhadap timnas Indonesia semata, agar berjaya di tingkat regional Asia Tenggara, maupun tingkat internasional, tentunya.
Lain tidak. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H