Tapi dengan piawai, dan tentunya dengan sigap pula, Gus Dur menjawab lewat tulisan juga, kritik yang dilontarkan Sindhunata. Dalam jawabannya, Gus Dur menyatakan kalau dirinya telah mampu mengatasi pansus DPR dengan taktik dan strategi ala Catenaccio.
Sehingga penulis pun membayangkan, andaikan Gus Dur saat ini, saat digelar turnamen piala AFF Suzuki Cup, masih ada, dan bagaimana komentarnya akan  seorang Shin Tae-yong bersama skuadnya, Timnas Indonesia menembus babak final.
Lalu dikaitkannya dengan situasi politik yang terjadi selama kepemimpinan Presiden Jokowi, sepertinya akan semakin seru saja.
Sungguh. Meskipun belum pernah sekalipun menjadi juara di turnamen piala AFF Suzuki Cup, dan baru hanya menembus babak final, euforia masyarakat Indonesia begitu gegap-gempitanya.
Sedangkan di Istana Negara, Presiden Jokowi baru saja melantik para wakil menteri yang membikin kabinetnya tambah gemuk saja.
Entah apa kiranya yang akan ditulis Gus Dur dengan dua peristiwa di lapangan sepak bola, dan satunya lagi di Istana Negara.
Apakah akan mengkritisi salah satu punggawanya, yakni Menpora, Zainuddin Amali, yang kinerjanya membuat bendera Merah Putih tidak berkibar di dalam setiap kegiatan olahraga tingkat regional dan internasional, atau akan memberikan pujian, dan dukungan kepada Timnas Indonesia?
Entahlah. Gus Dur telah 12 tahun ini meninggalkan kita semua. Sementara Presiden Jokowi sedang sibuk memikirkan pandemi Covid-19 yang tidak juga lenyap, sehingga terpaksa harus bekerja keras dengan menambah jajaran kabinetnya.
Demikian juga Timnas Indonesia yang akan berhadapan dengan Timnas Thailand di babak final turnamen piala AFF Suzuki Cup. Paling tidak seorang Shin Tae-yong sekarang ini sedang mencari formula yang tepat untuk dapat memboyong piala AFF yang diidamkan kita semua. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H