Untuk keenam kalinya, Timnas Indonesia mampu menembus babak final turnamen piala AFF Suzuki Cup. Pada laga final kali ini Timnas Garuda akan berhadapan dengan Timnas Gajah Perang, Thailand.
Sebagaimana diketahui, Timnas Indonesia akan melakoni partai penentu di final Piala AFF 2020 melawan Thailand. Laga final akan digelar dua leg, yakni pada 29 Desember 2021 dan 1 Januari 2022.
Selama mengamati turnamen sepak bola antar negara di Asia Tenggara ini, di bulan Desember ini, penulis pun jadi terkenang pada mendiang Presiden RI ke-4, siapa lagi kalau bukan KH Abdurrahman Wahid, atau biasa disebut Gus Dur.
Betapa tidak. Di bulan ke-12 ini, tepatnya setiap tanggal 30 Desember, jamaah dan jamiyah NU, mengenang kepergian sosok kyai kharismatik Gus Dur, atau KH Abdurrahman Wahid yang lahir di Jombang, 7 September 1940 wafat di Jakarta, 30 Desember 2009.
Walakin selain itu, bagi penulis sendiri, sosok seorang Gus Dur, di samping seorang ahli ilmu agama, atau Presiden Republik Indonesia, juga merupakan seorang penggemar olahraga sepak bola, termasuk penulis kolom cabang olahraga yang disebut juga sebagai olahraga rakyat ini.
Benar. Di samping menulis pelbagai hal, politik, humaniora, sepak bola pun seringkali ditulisnya dengan gaya yang khas seorang Gus Dur yang pengetahuannya begitu luas, dan piawai di dalam menyampaikannya.
Bagi pembaca harian Kompas tentunya tidak akan asing lagi dengan kolom Gus Dur kala itu. Misalnya saja ketika berpolemik dengan Romo Sindhunata, soal gaya permainan ala Italia, Catenaccio.
Tentunya para penggemar sepakbola tahun 90-an, mengetahui istilah catenaccio yang dijadikan judul di kedua tulisan baik pada kolom Sindhu maupun Gus Dur, pasti sudah sangat mafhum.
Ia adalah gaya sepak bola khas Italia yang dicirikan dengan sistem pertahanan gerendel (istilah ini mungkin sepadan dengan gaya atau strategi parkir bus yang sering diterapkan oleh Mourinho).
Dalam tulisannya, Sindhunata mengaitkan taktik sepak bola ala Italia itu dengan menguraikan kritik sebagai bentuk keprihatinannya terhadap akrobat, dan manuver Gus Dur dalam menjalankan pemerintahannya. Ia mengatakan bahwa Gus Dur menerapkan strategi “catenaccio” dalam menghadapi Panitia Khusus (Pansus) DPR yang berhubungan dengan kasus Bulog.