Paling tidak anggaplah sebagai suatu peringatan. Untuk menghadapi dunia 3 dimention virtual world, maka setiap orang dituntut untuk mempersiapkan diri masing-masing. Paling tidak, jangan sampai out of date, apa lagi left out dalam mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat ini.
Bahkan penulis merasa yakin, di tahun 2045 nanti, tampaknya semua orang, yang berada di pelosok kampung - apa lagi di perkotaan, sudah cukup melek dengan teknologi digital.
Buktinya sekarang saja, jangankan orang yang sudah dewasa, balita saja sudah banyak yang biasa menggunakan telepon genggam nan pintar.
Akan halnya dengan para lansia, atau manula yang masih gagap di dalam menghadapi kenyataan, bahwa kesepian memang paling banyak dirasakan oleh kaum lanjut usia, sesungguhnya lah hal tersebut kembali lagi kepada diri kita masing-masing.
Penulis tidak akan jauh-jauh untuk mengambil model. Barangkali semua Kompasianer kenal dengan pasangan Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata.
Keduanya sudah lanjut usia. Tapi coba perhatikan. Pasangan ini masih cukup enerjik. Setiap hari masih aktif memposting artikel di blog keroyokan ini.
Bahkan penulis masih tetap mengingat yang pernah dicetuskan oleh Pak Tjip - begitu saya memanggil Kompasianer yang sudah mencapai level Maestro tersebut, bahwa kegiatan menulis merupakan suatu upaya untuk menghindari kepikunan.
Sehingga penulis sendiri yang sekarang ini sudah memasuki usia kepala 6 plus 3, lantaran memang memiliki hobi yang sama dengan pasangan suami-isteri itu, yakni menulis, sampai sekarang hobi itu tetap dilakukan setiap hari.
Maka itulah. Kunci untuk menghindari rasa kesepian, khusus bagi manula, atau lansia yang disebut banyak orang sebagai manusia yang sudah tidak produktif lagi, sebaiknya stigma itu dihadapi dengan sikap lansia itu sendiri dengan pikiran yang positif. Sebagaimana juga halnya Pak Tjip, Ibu Ros, dan penulis sendiri.
Tetap setia untuk menjalani profesi dan hobi, selama profesi dan hobi itu berkenan dengan hati nurani.
Tapi bagi yang tidak suka melakukan kegiatan menulis, masih banyak hal lainnya yang dapat dilakukan. Tergantung potensi dan minatnya masing-masing.