"Anak adalah kehidupan, Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu. Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu" - Kahlil Gibran
Menjadi seorang lansia adalah suatu keniscayaan, manakala dikaruniai kesempatan lebih lama lagi untuk menyaksikan kehidupan di dunia yang fana ini - tentu saja.
Akan tetapi, di balik itu, bayang-bayang kesepian, bahkan rasa keterasingan, bisa jadi merupakan hantu yang menakutkan bagi sebagian manusia lanjut usia, atau manula.Â
Terlebih lagi manakala pasangan hidupnya telah pergi untuk selamanya, menghadap yang mahakuasa. Sementara anak dan cucu telah menjalani kehidupan di tempatnya masing-masing.
O, dunia begitu kejamnya. Hidup sendiri sudah tak berguna lagi. Setiap hari didera sunyi dan sepi...  (sebait puisi berjudul Keluhan Seorang Manula ditulis spontan oleh penulis pribad
Padahal menjadi seorang lansia, atau juga manula, yang menurut pandangan masyarakat pada umumnya sebagai manusia yang sudah tidak produktif lagi, adalah suatu pendapat yang keliru.Â
Bahkan bisa disebut sebagai bentuk stigma yang mendorong manula, atau lansia untuk berputus asa, agar segera mati saja.
Demikian juga dengan narasi yang digaungkan menteri Keuangan, Sri Mulyani, Indrawati. Sebagaimana dikutip dari kompas.com.
"Saya khawatir 2045 banyak orang kesepian juga. Karena mereka tidak bisa masuk ke dunia 3 dimention virtual world, dia left out di dunia reality dan kemudian dia enggak bisa engage. Ini hal yang perlu kita lihat," ujar Sri Mulyani dalam Indonesia Fintech Summit 2021, Sabtu, 11 Desember 2021.
Penulis menyikapi narasi itu tidaklah berlebihan. Apa lagi dianggap sebagai momok yang mengerikan.Â