Belum juga reda kehebohan kasus Herry Wirawan, sekarang ini muncul kembali kasus serupa. Seorang guru ngaji berinisial MMS (52), di Depok, Jawa Barat telah mencabuli santriwatinya sebanyak 10 orang.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan, sebagaimana dkutip dari kompas.com, menjelaskan aksi cabul guru agama tersebut dilakukan usai mengajar ngaji para santriwatinya.
Sementara modus pelaku adalah membawa korban ke salah satu ruangan yang ada di dalam majelis taklim, dengan dalih untuk berkonsultasi.
Saat beraksi mencabuli korban, pelaku mengancam dan mengintimidasi korban agar tidak melawan, dan mau melayani nafsu bejatnya.
Lebih lanjut, dikatakan Zulpan bahwa usia 10 santriwati korban pencabulan MMS rata-rata berusia 10 - 15 tahun.
Sementara itu, diketahui pelaku memiliki 2 orang istri, dan anaknya pun sudah besar-besar. Bahkan anaknya yang paling besar sudah 20 tahun usianya.
***
Kasus pencabulan, pemerkosaan, atau juga rudapaksa yang dilakukan seorang guru agama terhadap murid, atau santriwatinya, belakangan ini secara beruntun terjadi di negeri ini.
Pertama kasus Herry Wirawan yang memperkosa 12 santriwatinya, dan kemudian berkembang menjadi 21 orang, di Bandung, Jawa Barat.Â
Herry Wirawan melakukan aksi bejatnya sejak tahun 2016 sampai 2021. Bahkan dikabarkan salah satu korbannya sampai mengalami kehamilan dua kali.
Kasus yang kedua terjadi di Tasikmalaya. Guru ngaji di salah satu pondok pesantren telah melakukan pencabulan terhadap sembilan santriwatinya.Â
Sementara di Cilacap, Jawa Tengah, seorang guru agama di sekolah dasar juga telah melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap 15 muridnya.
Lalu sekarang ini di Depok, Jawa Barat...
Tak ayal lagi, negeri ini sedang mengalami situasi gawat darurat kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Oleh karena itu, mencuatnya kasus tindakan kekerasan seksual terhadap anak-anak bisa jadi merupakan sinyal merah bagi setiap orang tua, terutama yang memiliki anak-anak yang masih di bawah umur.
Selain harus pandai-pandai memilih lembaga pendidikan, dan tenaga kependidikannya yang betul-betul profesional, juga yang menjunjung tinggi moral, maka perlu juga untuk memberikan pengetahuan tentang seksual kepada anaknya.
Misalnya saja anak-anak penting untuk diajarkan cara menjaga organ tubuhnya, mulai dari bibir, dada, alat kelamin, sampai pantat.
Orangtua perlu menekankan kepada anak-anak, bahwa bagian-bagian intim tersebut tak boleh ada yang sembarangan bisa menyentuh atau memegang. Begitu juga tidak boleh untuk disalahgunakan.
Bahkan dengan terjadinya kasus pencabulan oleh guru ngaji, maupun kekerasan seksual yang dilakukan dosen terhadap mahasiswi, sepertinya anak-anak pun perlu untuk diberitahu, untuk berhati-hati dan waspada bila berhadapan dengan seseorang, sekalipun orang itu guru, bila tanpa ada yang menemani.Â
Demikian juga bahwa pengenalan akan organ tubuh yang berhubungan dengan seks perlu dijelaskan sebaik mungkin oleh orangtua sama seperti ketika menerangkan organ lain pada tubuh.
Bagaimanapun hal itu penting dan tidak harus dianggap tabu demi memberi pengetahuan yang benar dan jelas kepada anak.
Baiklah.Â
Sekali lagi, hati-hati dan waspada. Sekarang ini sedang berkeliaran serigala berbulu domba... Eh, Predator seksual berbulu ustadz, alias guru agama.
Itu saja. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H