Kang Eman cuma bisa menghela nafas sambil garuk-garuk kepala.
Padahal saat itu libidonya sudah di ubun-ubun. Soalnya selama satu minggu sebelum Bi Kenoh datang bulan, Kang Eman kebetulan tidak ada di rumah.Â
Sebagai seorang buruh tani, dirinya mendapat job, iya pekerjaan untuk mengolah sawah dari seorang juragan tanah yang tinggal di kampung yang lumayan jauh dari kampungnya. Sehingga selama seminggu ia harus berjauhan dengan istrinya.
Eh, pas pulang ternyata Bi Kenoh sedang datang bulan. Apa boleh buat, dengan sangat terpaksa Kang Eman pun harus berpuasa.
***
Sambil membuka pintu dapur yang tadi ditutup dengan keras oleh istrinya, tiba-tiba... Cling! Muncul ide untuk mengajak bercanda. Siapa tahu Bi Kenoh mau tertawa, dan tidak marah-marah lagi - tentunya.
Di dapur tampak Bi Kenoh sedang duduk menghadapi tungku yang tidak menyala. Wajahnya masih tetap terlihat cemberut.
Sedangkan Kang Eman sambil senyum-senyum sendiri, mengendap-endap mendekatinya.
"Biasanya kalau Akang pulang dari sawah, suka ada yang nanya: Kang mau makan dulu, atau mau tunggang dulu?...." celotehnya sambil menahan tawa.
Bi Kebon, bukannya tertawa. Tampaknya justru malah semakin emosi saja.
Sambil mendelik tajam Bi Kenoh berteriak.