Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengkarut Formula E, Apakah Akan Sukses atau Malah Memble?

4 Desember 2021   06:01 Diperbarui: 4 Desember 2021   06:42 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana hajatan Pemprov DKI Jakarta untuk menggelar balapan mobil listrik, yang lebih dikenal sebagai Formula E, sampai saat ini masih ramai diperbincangkan. Memunculkan pro dan kontra di tengah khalayak, tentu saja.

Setakat muncul pertanyaan, apakah balapan yang disebut-sebut Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, bakal mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia, sebagaimana juga halnya dengan yang diungkapkan Bambang Soesatyo, ketua MPR RI, bahwa nama Indonesia akan semakin populer di dunia internasional dengan kegiatan balapan mobil listrik yang rencananya akan berlangsung di Sirkuit Jalan Raya Monas, dan dijadwalkan berlangsung 4 Juni 2022 tersebut, akan bisa sukses, atau justru malah sebaliknya: gagal bin berantakan, atau orang bilang:  Memble? 

Betapa tidak. Keraguan itu adalah niscaya untuk dikemukakan. Lantaran belakangan ini pihak komisi antirasuah, alias Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih sedang menyelidiki adanya dugaan korupsi dalam rencana penyelenggaraan adu balap mobil listrik yang akan baru pertama kali digelar di Indonesia ini.

Selain itu, sebagaimana yang pernah digembar-gemborkan pihak Jakarta Propertindo, yang menjadi penanggung jawab penyelenggaraan balap mobil listrik di Jakarta, bahwa jumlah penggemar balapan Formula E  - berdasarkan hasil survei - konon katanya, dewasa ini sudah mencapai 3,3 juta orang.

Bahkan, masih kata Dirut PT Jakpro itu, konon sebanyak 54 persen dari jumlah fans tersebut berada di wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Walakin berdasarkan fakta lain yang dianggap lebih sahih, sebagaimana dikutip dari kompas com, popularitas Formula E jika dibandingkan olahraga otomotif lainnya sangat jomplang. 

Mari kita lihat, dan bandingkan antara jumlah pengikut balap mobil listrik ini di dunia maya dengan olahraga otomotif lainnya seperti Formula 1 dan MotoGP. 

Pada kanal YouTube resmi Formula E, jumlah pelanggan atau subscriber-nya hanya di angka 671.000 saja, sedangkan Formula 1 di angka 6,03 juta pelanggan, untuk MotoGP di angka 4,39 juta pelanggan. 

Popularitas Formula E juga kalah telak di akun sosial media Instagram. Akun @fiaformulae hanya memiliki pengikut 879.000, sedangkan Formula 1 dengan akun Instagram @f1 memiliki 14,6 juta pengikut dan MotoGP dengan akun @motogp 11,3 juta pengikut.

So, apabila melihat data dan fakta di atas, artinya yang diungkapkan Direktur utama PT Jakarta Propertindo apa lagi kalau bukan dianggap bualan yang hanya merupakan pembohongan publik semata.

Apa lagi tatkala dua fraksi di DPRD DKI Jakarta, fraksi PDIP dan PSI mengajukan hak interpelasi terkait penyelenggaraan balap mobil listrik tersebut, Anies Baswedan, selaku Gubernur DKI Jakarta, yang sejak awal paling bernafsu untuk mengadakan ajang balapan itu tampaknya sama sekali ogah, alias menghindari permintaan rapat paripurna dari dua fraksi tersebut.

Lucunya, Anies melalui Diskominfotik memberi penjelasan soal itu hanya berupa dokumen "Katanya Vs Faktanya" yang malah terkesan dipaksakan, sehingga tak pelak lagi mengundang banyak kritikan.

Demikian juga dengan ditunjuknya ketua panitia pelaksana penyelenggaraan balapan tersebut baru-baru ini, yakni salah seorang politikus partai Nasdem, Ahmad Sahroni, oleh Anies Baswedan, juga telah memicu polemik.

Publik pun mempertanyakan, mengapa pembentukan Panpel baru dilakukan setelah kegiatan sudah akan dilaksanakan, dan mengapa tidak dari saat awal perencanaan - sebagaimana lazimnya suatu kegiatan, apa lagi dengan kegiatan level "internasional" yang sudah semestinya direncanakan secara matang?

Begitu juga dengan Bamsoet yang kemudian dianggap hendak melibatkan kepala negara, Presiden Jokowi, dalam kegiatan ini, dianggap publik sebagai "ada udang di balik batu". Bahkan serupa perangkap jebakan Batman, yang begitu kental dengan nuansa politik.

Paling tidak, kasus korupsi anggaran yang sedang diselidiki KPK, akan menjadi 'senjata' yang tidak menutup kemungkinan, akan membuat Jokowi sebagai seorang pecundang dalam penegakan hukum - khususnya agenda pemberantasan korupsi yang notabene merupakan kejahatan yang luar biasa. 

Sehingga tak sedikit publik yang berharap agar Jokowi jangan mau ikut-campur dengan balap mobil listrik-nya Anies Baswedan. Lebih baik mengurus hal-hal yang lebih bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan negara. 

Seperti misalnya soal penanganan virus Corona varian Omicron yang dikabarkan lebih ganas dibandingkan varian lainnya, dan juga dampaknya bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Semoga. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun