Saat dibawa ke rumah sakit di kota kabupaten, akhirnya Bunga pun tahu - dari dokter yang memeriksa kondisi suaminya, tentu saja, ternyata suaminya telah terpapar virus HIV/AIDS.Â
Sedangkan sebab-musabab yang membuat suaminya sampai tertular penyakit tersebut, diketahui Bunga melalui anak buah suaminya yang diinterogasi oleh Bunga sendiri. Secara diam-diam, dan dengan cara memaksa, tentunya.
Menurut penjelasan anak buahnya itulah, Bunga jadi tahu kalau selama berada di kota, suaminya suka "pelesiran". Tepatnya sering mengumbar nafsu birahinya dengan wanita tuna susila, alias pekerja seks komersial.
Blaaar... Dunia bagaikan kiamat saja laiknya. Begitu yang dirasakan oleh Bunga. Terlebih lagi ketika kemudian dirinya diperiksa dokter, ternyata dia pun telah tertular HIV/AIDS juga. Pastinya setelah melakukan hubungan suami-istri. Dirinya merasa semakin terjebak dalam gelap-gulita.
Apa lagi seminggu setelah melahirkan, selain bayinya pun oleh dokter dinyatakan telah terpapar juga oleh virus tersebut, suaminya juga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.Â
***
Penulis yang kebetulan termasuk jajaran pengurus Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) di kampung kami, segera berkoordinasi dengan mantri petugas dari Puskesmas, dan seluruh pengurus, dan terutama dengan tokoh agama, untuk mengatasi persoalan yang tengah dihadapi oleh Bunga, wanita muda yang baru berusia 20 tahun itu.
Di samping untuk bersama-sama memberikan dorongan kepada Bunga agar mampu menghadapi musibah yang menimpanya, juga agar para tokoh agama - di kampung kami biasa disebut "Ajengan", mengajak seluruh warga kampung supaya jangan memandang buruk, atau negatif kepada Bunga. Apa lagi menjauhi, dan mengasingkannya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H