Di samping ada yang setuju lantaran, tentu saja, menilai kiprah keenam Kompasianer yang memiliki kelebihan, baik dari karyanya, dedikasi dan konsistensinya, maupun sikapnya yang selalu wellcome - paling tidak selalu memberikan apresiasi terhadap sesama Kompasianer lainnya (walaupun dalam hal ini mungkin saja faktor suplai dan demand-nya masih kental terbawa-bawa. Contohnya saja dalam memberikan apresiasi penilaian untuk karya Kompasianer lain yang terkesan asal-asalan, paling tidak asal mendapatkan balasan, masih sering ditemukan).
Akan halnya yang kontra, atau tidak setuju atas terpilihnya ke-enam Kompasianer itu, boleh jadi lantaran dirinya sendiri sebagai yang lebih layak, pantas, cocok untuk mendapatkannya. Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang tidak setuju pun akan menuding adanya kecurangan, atau ketidakadilan dalam proses pemilihannya.
***
Sikap pro dan kontra ketika seseorang mendapatkan anugerah penghargaan atas pencapaian prestasi di dalam setiap bidang yang digelutinya, adalah sesuatu hal yang sudah biasa terjadi dalam kehidupan ini.Â
Sementara di samping ada pro dan kontra, bisa jadi pula ada yang bersikap masa bodoh, tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Tapi itu lain lagi ceritanya.
Karena sudah wataknya manusia memang. Selalu saja ditemui dua sisi yang berbeda di dalam kehidupan ini. Seperti misalnya ada siang dan malam, baik dan buruk, cinta dan benci, sedih dan gembira, dan sebagainya dan seterusnya.
Lalu kita pun berdalih dengan satu kata: Manusiawi. Sudah biasa. Tidak aneh lagi. Bukan Nabi, apalagi malaikat.
Memang benar. Lantaran dalam jiwa manusia pun ada nafsu dan akal sehat. Yin dan Yang. Lalu pilihannya terserah Anda.Â
Apa mau bersikap dengan mengedepankan akal sehat, atau masi tetap berkutat bersama hawa nafsu, yang kata para ustadz merupakan ajakan Syetan yang disebut laknat? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H