Banyak cerita pilu yang banyak saya dengar langsung dari mereka. Yang lebih miris lagi ada di antaranya yang pernah mengalami perlakuan tidak senonoh dari majikannya, atau keluarga majikan yang lainnya. Baik pelecehan seksual, bahkan sampai pada upaya rudapaksa.
Hal itu tentunya sudah seharusnya dijadikan catatan oleh para pemangku kepentingan. Terutama apabila kita melihatnya dari sudut pandang kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang bersandar pada UUD '45 maupun Undang-undang yang berlaku sebagai turunannya.
Memang selain ada cerita pahit dan getir seperti itu, tak sedikit juga didengar tentang seorang gadis yang bekerja sebagai ART, dan pemuda yang menjadi buruh di kota dari kampung kami yang dianggap sukses dalam kehidupannya.
Misalnya saja ada di antara mereka selain mendapatkan perlakuan  yang baik dari majikannya, mereka pun sampai dianggap sebagai bagian dari keluarga majikan sendiri. Di samping mendapat upah yang layak, pernah juga ada yang sampai disekolahkan hingga menyandang gelar sarjana.
Tapi paling tidak anak-anak muda, gadis dan pemuda yang putus sekolah, dan pergi ke kota untuk bekerja sebagai ART maupun buruh, mereka sudah bisa membantu meringankan beban orang tua. Selebihnya dapat memamerkan hasil kerja kerasnya itu dengan memiliki sepeda motor, sekalipun diperoleh dengan cara kredit juga.
 Hal itu akan tampak pabila menjelang hari raya Iedul Fitri. Di kampung kami berseliweran sepeda motor yang memadati jalanan setiap sore hari. Dikendarai gadis-gadis dan pemuda yang bekerja keras sebagai ART dan buruh di kota-kota. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H