Selain untuk mengetahui dan mengenal, juga memahami lebih jauh lagi situasi dan kondisi  masyarakat Indonesia, juga di dalam sikap dan perilaku yang memiliki trade mark "merakyat" sebagai kata kuncinya, paling tidak mengikuti langkah pendahulunya yang merangkak dari bawah, yakni Joko Widodo, toh mampu merebut perhatian masyarakat banyak.
Andaikan, ya, andaikan saja skenario Megawati dalam mendukung Puan Maharani agar memiliki nilai jual yang tinggi, apabila dipersiapkan sejak Jokowi memenangkan Pilpres 2914 saja, dengan pencitraan yang merakyatnya, bisa jadi elektabilitasnya tidak jeblok seperti yang terjadi saat ini.
Sebab bagaimanapun juga jika hanya dalam tempo dua tahun saja merubah seorang Puan yang sebelumnya di mata warga sebagai seorang putri mahkota yang hidup di lingkup seputar kerajaan, dan secara ujug-ujug, atau dengan kata lain secara instan, terbukti sekarang ini. Bukannya disambut dengan euforia, sebaliknya justru malah mendapatkan banyak sindiran dan cibiran.
Tapi terlepas dari itu semua. Meskipun seperti itu juga elektabilitasnya, siapa tahu ada tangan ghaib - bukankah sebagian masyarakat Indonesia masih banyak yang percaya kepada hal-hal yang berbau mistis dan ghaib - dan nasib Puan pun berubah seketika. Sesuai dengan yang diinginkan para petinggi PDI-P, tentunya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H