Gempita menyambut Pilkada serentak 2020 yang akan digelar pada 9 Desember mendatang, tampaknya lebih seksi untuk diperbincangkan daripada Covid-19 yang saat ini kasus positif penderitanya di negeri ini telah melewati angka seratus ribuan lebih.
Terlebih lagi setelah putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, mendapatkan rekomendasi dari DPP PDI-P sebagai calon resmi yang diusung partai berlogo kepala banteng dengan moncong putih itu dalam persaingan merebut kursi AD-1 Kota Solo, Jawa Tengah yang berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Pokok masalah yang diperdebatkan tak lain dan tak bukan lantaran kakak Kaesang Pangarep ini adalah anak dari Presiden RI, Â Joko Widodo.Â
Memangnya kenapa kalau Gibran itu anak seorang Presiden? Something wrong with them?
Lalu disebutkan lah tentang beberapa nama pemikir zaman doeloe, seperti Imanuel Kant dan Niccolo Machiavelli yang membahas tentang kekuasaan, tentang etika, tentang demokrasi, dan bla bla bla...
Tidak hanya dari sudut pandang itu saja, kelayakan dan kepatutan pun yang dibungkus kapabilitas maupun integritas digoreng habis-habisan. Bahwa pengalaman leadership Gibran masih minim dan belum teruji.
Bahkan yang tak kalah serunya, Gibran pun sampai dibanding-bandingkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang notabene merupakan putra mahkota Cikeas.
Opo maneh?
Menarik, menggelitik, dan cukup seksi memang ketika banyak yang membandingkan antara Gibran dengan AHY. Seakan-akan membandingkan Presiden Jokowi dengan SBY. Dalam hal kapabilitas, integritas, dan... Pokoknya segala sesuatunya.
Jokowi dan Gibran berasal dari keluarga sipil. Berlatar belakang pengusaha. Bahkan Jokowi berasal dari keluarga yang sederhana. Rakyat Indonesia kebanyakan, yang hidup kesehariannya pernah merasakan banyak kekurangan.
Sementara Presiden ke-6 itu berlatar belakang militer. Termasuk juga anak sulungnya itu. Bahkan orangtuanya dan mertuanya SBY sendiri, sama-sama berlatar belakang prajurit juga.