Penulis yang produktif ini menulis banyak cerpen, novel, naskah drama, skenario film, juga esei maupun artikel tentang berbagai hal dalam kehidupan.
Bahkan ketika dijebloskan ke penjara karena didakwa telah melakukan penistaan agama, Arswendo masih tetap konsisten dan tak henti menulis. Sehingga tak pelak lagi ketika keluar dari lembaga pemasyarakatan, terbitlah beberapa karyanya yang berupa novel maupun catatan ringan seputar kehidupan di dalam penjara.
Hanya saja yang membuat saya keheranan, dua sosok yang sangat saya kagumi itu, dilahirkan di daerah yang sama, Surakarta. Walaupun memang waktunya tidak sama. Baik tanggal, bulan, maupun tahunnya.
Akan tetapi kenapa ketika dipanggil kembali untuk menghadap Tuhan yang maha kuasa, Sapardi Djoko Damono dan Arswendo Atmowiloto bisa bersama-sama pada tanggal dan bulan yang sama. 19 Juli. Walaupun memang kalau SDD di tahun 2020 ini, sedangkan Arswendo di tahun 2019 yang lalu.
Tapi memang itulah yang dinamakan rahasia kehidupan. Rahasia Tuhan yang maha kuasa. Sebab hidup dan mati hanya Tuhan juga yang mengetahuinya.
Demikian juga hidup di dunia yang fana ini, sebagaimana dikatakan SDD dalam salah satu puisinya:
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita
abadi:
Memungut detik demi detik
Merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari kita lupa
untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"tanyamu.
Kita abadi
Ya, waktu dalam kehidupan di dunia ini memang fana. Dan yang abadi adalah nama, juga amal perbuatannya.
Sehingga meskipun telah meninggalkan kefanaan ini, kita masih akan terus mengenangnya.Â
Demikian juga, bila hari ini kita masih sempat mendengar kematian orang lain, tapi siapa tahu besok atau lusa orang lain yang akan mendengar berita kematian kita sendiri.Â