Kawah Candradimuka dikenal dalam dunia pewayangan, yakni sebuah kawah gunung berapi tempat menggodok, atawa mendidik calon ksatria pilihan. Kalau sekarang ini bisa jadi seperti Akademi militer di Magelang, tempat mendidik calon perwira Tentara Nasional Indonesia.
Sehingga dalam hal ini, penulis pun tanpa ragu lagi, berani menyebut blog keroyokan Kompasiana ini sebagai kawah Candradimuka bagi para Kompasianer, sebutan penulis di Kompasiana untuk menjadi seorang penulis profesional, atawa paling tidak sebagai penulis yang tetap ajeg dalam kepenulisannya.Â
Betapa tidak, telah banyak Kompasianer yang penulis ketahui - dari postingannya, tentu saja, yakni mereka yang telah bergabung di K sejak periode awal berdirinya blog keroyokan ini, maupun periode kedua.Â
Bahkan pada angkatan yang lebih baru lagi, yang sejak awal bergabung di K tidak pernah absen memposting tulisannya saban hari, begitu tampak banyak perubahan yang signifikan pada postingannya.Â
Sungguh. Ketika dalam kurun waktu satu dua bulan dari mulai bergabung, postingannya dinilai pembaca yang awam pun tampaknya biasa-biasa saja, atau boleh juga dikatakan masih di bawah ukuran standar. Akan tetapi ketika memasuki bulan ketiga, sepertinya ada sesuatu keajaiban dalam hasil karyanya itu.
Betapa tidak, ketika membaca postingannya itu seperti bukan hasil karyanya yang sebelumnya penulis kenal. Selain enak dibacanya, juga dari aspek teknis pun sudah memenuhi ketentuan.
Hebat bukan?Â
Ya, itulah barangkali yang disebut buah dari hasil jerih payahnya, ketekunannya, dan konsistensi menulis tanpa henti. Paling tidak, satu tulisan, baik dalam bentuk opini, artikel ringan, maupun fiksi yang saban hari dipostingnya ke Kompasiana ini.
Tidak hanya sebatas itu saja, malahan banyak Kompasianer yang kemudian menerbitkan postingannya dalam bentuk buku. Baik diterbitkan secara mandiri, maksudnya melulu hanya tulisan hasil karyanya sendiri, maupun diterbitkan secara keroyokan - sebagaimana K ini.
Selain itu, yang lebih menakjubkan lagi, ada juga Kompasianer yang telah mampu menerbitkan novel hasil karyanyaÂ
Bukan omong kosong, ketika membaca novelnya itu, penulis merasakan takjub yang tidak terhingga, lantaran tidak menyangka kalau novel itu ditulis oleh alumni dari kawah Candradimuka Kompasiana.