Risma mengaku telah berusaha menjalin komunikasi dengan manajemen RSUD dr Soetomo. Akan tetapi rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu, kata dia, menolak bantuan alat pelindung diri (APD) yang dikirimkan Pemerintah Kota Surabaya.
Menyimak sikap Presiden Jokowi terhadap para menterinya, maupun terhadap jajaran pemerintah daerah di Provinsi Jawa timur, termasuk Walikota Surabaya, tampaknya ada dua hal yang berbeda.Â
Bisa jadi bagi menteri yang merasa menjadi "sasaran tembak" Jokowi lantaran kinerjanya buruk, malahan seringkali bersikap kontroversial, namun lantaran mendapat backing dari petinggi partai politik tempatnya bernaung, tidak menutup kemungkinan akan tetap santai, ongkang-ongkang kaki. Tidak peduli dengan kemarahan Presiden Jokowi.
Lain halnya dengan sikap Risma, walaupun awalnya membantah, dan terkesan marah atas tudingan Presiden Jokowi, tetapi setelah mendengar penjelasan pihak IDI Surabaya, ahirnya bersimpuh sujud seraya menitikan air mata.Â
Walaupun terkesan rada lebay, Risma yang biasanya tegas, dan terkadang tampak marah-marah, pada akhirnya tokh harus pasrah. Hanya saja publikpun memahami, Risma seorang wanita. Setegar-tegarnya Risma, naluri kewanitaaannya akan keluar juga.
Terlebih lagi selama ini publik pun tahu, antara Risma dengan Khofifah pernah terjadi konflik yang tampaknya berbuntut panjang.
Di sini publik pun semakin faham, dan semakin bisa membedakan siapa yang sungguh-sungguh bekerja demi rakyatnya, dan siapa yang dalam menduduki jabatannya  dibebani oleh conflict of interest, dan enggan melepaskan jabatannya lantaran memang dalam virus aji mumpung telah tertanam kuat dalam benaknya.
Coba sekarang ini ada para menteri yang sadar diri setelah mendapat teguran keras Presiden Jokowi, menyatakan mengundurkan diri karena tidak mampu bekerja - sebagaimana yang sering terjadi di luar negeri, bahkan sampai melakukan harakiri seperti di Jepang sana?
Sikap tak tahu diri, dan tak tahu malu merupakan barang yang langka, dan memang bukanlah budaya politikus Indonesia. Sehingga sulit akan terjadi seorang menteri dengan sukarela melepaskan jabatannya sekalipun yang bersangkutan tidak becus menjalankan tugas yang diembannya.
Tapi meskipun kondisinya demikian, tidak menutup kemungkinan, ancaman reshuffle akan menjadi kenyataan. Presiden Jokowi pun tidak ingin kapal yang dinakhodainya karam di tengah perjalanan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H