Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Jokowi, Marah Saja Tidak Akan Menyelesaikan Masalah

29 Juni 2020   17:53 Diperbarui: 29 Juni 2020   19:50 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (Kompas.com/Agus Suparto)

Belakangan ini sedang viral video pidato Presiden Jokowi di depan para menteri dan pimpinan lembaga dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara. 

Rapat yang digelar tertutup ini dilakukan pada Minggu (18/6/2020). Namun, rekaman Sidang Kabinet Paripurna pertama sejak pandemi menyerang Indonesia ini baru beredar selang sepuluh hari.

Pada pembukaan pidatonya Presiden menyampaikan kejengkelannya kepada para menteri, lantaran dianggap masih bekerja biasa saja pada masa krisis seperti sekarang ini.

Padahal dirinya telah meminta adanya kebijakan yang luar biasa untuk menangani krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, dan dampaknya terhadap perekonomian.

Dalam pidatonya Jokowi tampak begitu emosi. Beberapa kali suaranya meninggi. Sedangkan yang paling disoroti Jokowi adalah menteri kesehatan dan jajaran menteri di bidang ekonomi

"Langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah pemerintahan." 

 "Akan saya buka. Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," lanjut Presiden.

Selain itu, Jokowi pun mengkritik para pembantunya yang dinilai tak memiliki sense of crisis dan bekerja ala kadarnya. Kepala Negara menyebut, tak ada perkembangan signifikan terkait kinerja para menteri dan pimpinan lembaga. 

Dia mengatakan, bahwa 3 bulan ke belakang dan beberapa bulan ke depan adalah masa krisis akibat pandemi. Namun, dia melihat masih ada anggota kabinet yang bekerja biasa-biasa saja.

Lalu langkah luar biasa apa yang bisa dilakukan Jokowi? Menurut mantan Walikota Solo ini, langkah extraordinary itu bisa dalam bentuk mengeluarkan aturan tertentu, bahkan pembubaran lembaga dan perombakan kabinet atau reshuffle.

Menyimak pidato Kepala Negara di depan jajaran Kabinet Indonesia Maju yang begitu lugas dan tegas, publik  memberikan tanggapan yang beragam. 

Hanya saja yang jelas, pada intinya sebagian besar publik meragukan keampuhan pidato tersebut akan mampu ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh jajaran menterinya. 

Bahkan pidato yang dianggap sebagai pelampiasan kemarahan seorang Jokowi pun publik menganggapnya hanyalah sebagai suatu drama yang tak akan berdampak bagi kepentingan rakyat banyak.

Betapa tidak, publik tentunya masih ingat dalam pidato jelang pengumuman jajaran menteri pada Kabinet Indonesia Maju. Ketika itu Presiden Jokowi menegaskan, tidak ada visi menteri, yang ada hanyalah visi Presiden.

Ketika itu pun Jokowi menebar ancaman, jika ada menteri yang tidak mampu bekerja sesuai dengan visi dan misinya, maka yang bersangkutan harus siap-siap untuk diganti.

Akan tetapi kenyataannya?

Publik mencatat beberapa menteri yang kinerjanya jalan di tempat, tapi lebih suka membuat kegaduhan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Misalnya saja Menkumham (Yasonna Laoly), Menteri Agama (Fachrur Razi), Menko PMK (Muhadjir Effendy), dan belakangan Menteri Kesehatan (Terawan) seringkali bersikap kontroversial dengan kebijakan maupun pernyataaannya.

Tuntutan masyarakat agar menteri-menteri yang kerjanya hanya suka membuat kegaduhan itu supaya di-reshuffle, alias diganti sebagaimana dahulu yang dilakukan terhadap Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Anies Baswedan misalnya, sepertinya tak pernah didengar oleh Presiden jokowi. 

Sehingga wajar apabila kemudian dalam menanggapi kemarahan Presiden jokowi terhadap jajaran menterinya dianggap biasa-biasa saja oleh masyarakat, dan malahan sampai dianggap drama belaka, lantaran ancaman Jokowi sampai sekarang ini tak pernah terbukti menjadi kenyataan.

Bahkan suatu hal yang wajar pula apabila ada yang sampai menasihati Prtesiden, agar jangan suka mengumbar kemarahan, apalagi kalau kemarahannya itu disiarkan, sebab hanya akan buang-buang energi percuma saja. 

Sebaliknya malah tidak menutup kemungkinan justru akan mengundang penyakit darah tinggi saja. 

Lha iya tokh. Katanya di periode kedua ini Bapak tidak punya beban lagi. Kita menerjemahkannya, Presiden Jokowi akan semakin lugas dan tegas. 

Siapapun pembantunya yang tidak mampu bekerja dengan baik, dan apalagi tidak becus sama sekali, akan langsung ditendang ke dalam keranjang sampah.

Tanpa peduli dari mana menteri itu asalnya, dari parpol pengusung sekalipun kalau hanya Jadi duri penghalang, kenapa tidak?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun