Basuki Tjahaja Purnama, atau dulu biasa dipanggil Ahok, diam-diam masih memiliki kerinduan akan masa lalunya, saat suami dari Puput Nastiti Devi itu masih duduk di kursi orang nomor satu di Pemprov DKI Jakarta.
Hal itu diungkapkan BTP dalam siaran langsung Instagram @kickandyshow, Sabtu (27/6/2020) malam.
Meskipun gaji yang diterimanya sebagai Komisaris utama PT Pertamina (Persero) lebih besar daripada yang diterima saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, akan tetapi BTP mengaku merasa lebih  enjoy menjadi gubernur atau kepala daerah, jika ukurannya adalah pengaruh dan kewenangan.
Mengapa hal itu bisa terjadi, BTP dengan blak-blakan mengatakan, bahwa keuntungan menjadi gubernur tak lain karena bisa menolong orang banyak.
Ahok, eh BTP memberikan contoh di antaranya, adalah saat menjadi gubernur dia memiliki dana operasional sebesar Rp 3 miliar yang bisa dibagikan kepada masyarakat miskin, langsung dikirim ke rekening mereka masing-masing.
Bantuan diutamakan untuk menyelesaikan masalah ijazah yang ditahan sekolah karena adanya tunggakan pembayaran sekolah.
Di masa kepemimpinan BTP pula, Pemprov DKI Jakarta mulai memberangkatkan sejumlah marbot, atau sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah marbut, yakni orang yang menjaga dan memelihara masjid.
Selain itu, Ahok juga sudah membangun masjid di Balai Kota DKI Jakarta. Â Sebagaimana diketahui, di Balaikota DKI Jakarta belum pernah memiliki masjid dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Di samping membangun masjid Balaikota, di masa pemerintahan BTP dibangun juga masjid raya di Daan Mogot, Jakarta Barat.
Sementara yang mungkin paling berkesan saat DKI Jakarta di bawah pimpinan BTP adalah ketika merubah pusat perjudian dan prostitusi Kalijodo menjadi taman yang ramah lingkungan, dan sebagai pusat berbagai kegiatan warga di hari libur.
Akan tetapi meskipun demikian, semua itu hanya tinggal kenangan yang tak pernah akan terlupakan, dan akan diingat terus oleh semua orang.Â
Tidak hanya oleh warga DKI Jakarta saja, bisa jadi mereka yang berada di luar daerah pun tidak jauh berbeda.
Meskipun seorang Kristiani yang patuh, namun BTP begitu besar perhatiannya terhadap umat Islam.Â
Terlepas dari dakwaan jaksa dan vonis hakim dengan tuduhan telah menista agama Islam jelang Pilgub DKI Jakarta, sehingga harus menjadi narapidana dalam sel tahanan di Mako Brimob, Kelapa dua, Depok sekalipun.
Bahkan meskipun pada ahirnya BTP yang saat itu berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat harus menelan kekalahan, pada ahirnya BTP masih mendapatkan kedudukan yang terhormat.
Bagaimanapun dengan menduduki posisi sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) sekarang ini, sebagian besar bangsa Indonesia ini tetap memberikan dukungan agar perusahaan minyak milik negara tersebut mampu berkembang, menjadi perusahaan go internasional yang membanggakan.Â
Dengan ketegasannya yang tidak kenal kompromi pula, bangsa Indonesia ini berharap BTP bisa membersihkan perusahaan minyak milik negara tersebut dari rongrongan mafia maupun koruptor yang selama ini dianggap banyak merugikan PT Pertamina (Persero).
Semoga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H