Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Soal Menulis, Persetan dengan Segala Teori dan Tekniknya

28 Juni 2020   14:11 Diperbarui: 28 Juni 2020   14:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali hendak menulis, selalu saja muncul banyak pertanyaan yang pada pokoknya berkelindan di seputar cara menulis yang the best, tentu saja. Seperti misalnya ketika hendak menulis untuk diposting di Kompasiana ini. 

Diam-diam dalam hati muncul harapan, paling tidak tulisan yang kita posting bisa masuk dalam label Artikel Pilihan, atawa Terpopuler, meraih Nilai Tetinggi,  dan syukur-syukur selain itu juga sampai dikasih label Artikel Utama, atawa yang disebut Headline (HL) oleh orang Amrik sana.

Bagi seorang calon penulis, penulis pemula, bahkan penulis profesional sekalipun, harapan seperti yang dikemukakan di atas merupakan suatu keniscayaan. Untuk apa repot-repot menulis yang  bertujuan untuk dipublikasikan, kalau tidak berharap tulisan kita itu mendapat sambutan dari khalayak pembaca?

Bohong besar kalau ada yang masih berkilah hanya sekedar menyalurkan panggilan hati, atawa paling tidak untuk mengeluarkan segala permasalahan yang memenuhi batok kepala. Kalau tokh tujuannya seperti itu, buat apa dipublikasikan. Sudah saja cukup ditulis di buku diary, atawa jurnal pribadi.

"Waduh, kok ekstrim sekali sih?" Begitu kira-kira pertanyaan yang pertama muncul dalam diri ketika membaca tulisan ini.

Terus terang, hal itu lantaran berangkat dari pengalaman penulis sendiri. Sejak usia berangkat remaja hingga sudah beranjak tua-bangka sekarang ini, permasalahan yang selalu ditemui ketika akan memulai menulis adalah serupa itulah.

Sungguh. Dalam diri ini selalu saja muncul rasa was-was, atawa ragu-ragu bercampur ketakutan manakala menghadapi kertas, dan tangan sudah memegang pena. Belakangan ini berubah saat menghadapi layar kompter, atawa laptop, maupun smartphone.

Betapa tidak, kalau tulisan itu ditolak redaksi karena dianggap tidak layak, atawa tegasnya jelek - tidak bermutu sama sekali. Paling tidak sekalipun sudah dipublikasikan sekalipun, seperti misalnya di Kompasiana ini, tidak ada yang melirik, dan dilewati begitu saja. 

Bagaimana, dan dari mana saya harus memulai tulisan, merupakan momok yang sulit dienyahkan.  Sama sekali saya tidak tahu harus memulainya. Belum lagi ketika ide muncul, tapi saat akan ditulis justru malah mengalami kebuntuan. Hilang sudah rasa percara diri yang - padahal sebelumnya, begitu memenuhi kepongahan diri. Iya, memanganggap bahwa Menulis Itu Gampang, seperti yang dikatakan Arswendo Atmowiloto di dalam bukunya. 

Bahkan bukan sombong, sebelum membaca "Mengarang Itu Gampang", "Teknik Mengarang" yang ditulis Mochtar Lubis merupakan buku tuntunan menulis yang pertama kali saya temukan. Kemudian disusul dengan Seni Mengarang-nya Aoh K. Hadimadja. Seakan-akan ibarat kata sudah dianggap kitab suci laiknya yang setiap saat wajib dibaca.

Hingga selanjutnya saya pun membaca banyak buku-buku serupa, dan seabreg teori menulis yang ditemukan dari mesin pencari Google, baik yang ditulis langsung oleh mereka yang ditasbihkan sebagai pakar, maupun penulis yang kerjaannya sekedar copy paste belaka. Semua itu saya kunyah-mamah, dan terkadang ditelan mentah-mentah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun