Berdasarkan hasil kesepakatan Kementerian Dalam Negeri, DPR RI, KPU, Bawaslu, dan DKPP dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR RI yang digelar Rabu (27/5/2020) lalu, Pilkada serentak 2020 yang akan dilaksanakan di 270 daerah, yakni 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota tersebut ditetapkan pada 9 Desember 2020.Â
Dari sekian daerah yang akan menyelenggarakan hajatan demokrasi tersebut, bisa jadi Pilkada yang akan digelar di Kota Solo, Jawa tengah dianggap memiliki magnet tersendiri. Betapa tidak, lantaran salah satu bakal calon yang bakal tampil adalah putra sulung dari Presiden Joko Widodo, yakni Gibran Rakabuming Raka.Â
Terlepas dari munculnya tudingan terhadap Presiden Jokowi yang disebutnya akan melanggengkan politik dinasti, maupun anggapan kepada Gibran sendiri yang sama sekali belum memiliki pengalaman dalam politik dan birokrasi, akan tetapi dalam kenyataannya tidak begitu dipermasalahkan oleh  warga Solo sendiri.Â
Buktinya dalam survei yang diselenggarakan lembaga survei Solo Raya Polling pada 4 - 20 Juni 2020 lalu, elektabilitas suami dari Selvi Ananda itu bisa menyalip elektabilitas Achmad Purnomo, Wakil Walikota Solo, yang sama-sama berharap restu dari  PDIP sebagai kendaraan politik yang akan menghantarkannya ke ajang perebutan kursi Walikota Solo tersebut.
Berdasarkan hasil survei, elektabilitas Gibran mencapai 55 persen, dan Achmad Purnomo hanya 36 persen. Demikian juga popularitas ayah Yan Ethes itu yang berada pada angka 99, lebih besar dari pesaingnya itu yang hanya berada pada angka 95.
Padahal sudah sedari awal Achmad Purnomo didaulat DPC PDIP Solo sebagai jagoannya untuk bertarung dalam kontestasi Pilkada serentak itu. Bahkan ketika Gibran kemudian menyatakan niatnya untuk ikut maju melalui kendaraan partai politik yang sama pun, sepertinya PDIP Solo tidak bergeming. Melalui FX Hadi Rudyatmo, yang juga Walikota Solo saat ini, dan pernah menjadi pendamping Jokowi saat menjabat Walikota Solo selama dua periode, yakni 2005-2010 dan 2010-2012, begitu jelas adanya sikap penolakan itu.
Seperti misalnya ketika Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Solo, FX Hadi Rudyatmo tidak menyambutnya di bandara Adisumarmo.
Hanya saja walaupun sudah mendapat penolakan, Gibran pun tampaknya tak patah arang. Bisa jadi lantaran mekanisme pencalonan kepala daerah yang akan dijagokan oleh partai berlogo kepala banteng hitam dengan moncong putih itu bergantung pada keputusan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri.
Oleh karena itu, dalam perjalan selanjutnya, kakak dari Kaesang Pangarep itupun kemudian bertandang ke DPD PDIP Jawa tengah untuk mendapatkan restu dan arahan. Dari Semarang, tak lama kemudian Gibran langsung melakukan manuvernya ke kediaman Megawati di Jakarta.Â
Walaupun memang hingga hari ini belum ada keputusan resmi, namun gonjang-ganjing yang beredar, bakal calon Walikota Solo yang akan diusung PDIP adalah Gibran Rakabuming. Â Hal itu awalnya muncul dari pernyataan salah seorang petinggi PDIP juga.
Bisa jadi dengan itu pula, sepertinya Achmad Purnomo pun sudah melemparkan handuk putih ke tengah gelanggang. Menyerah kalah sebelum pertarungan resmi digelar. Hal itu dapat disimak dari sikapnya yang jelas tidak konsisten.Â
Di saat merebak pandemi Covid-19, Achmad Purnomo menyatakan mengundurkan diri persaingan bakal calon yang diusung PDIP tersebut, dan akan lebih berkonsentrasi pada tugasnya sebagai Wakil Walikota Solo dalam penanganan virus Corona.Â
Namun tak lama kemudian, dengan dalih lima PAC PDIP dan DPC PDIP Solo sendiri menolak pengunduran dirinya, juga lantaran sebagai petugas partai yang loyal, Achmad Purnomo yang akan disandingkan dengan Teguh Prakosa itu pun berubah pikiran, dan menyatakan akan tetap melanjutkan niatnya untuk kembali bersaing dalam perebutan kursi Walikota yang saat ini diduduki FX Hadi Rudyatmo.
Padahal jujur saja, Achmad Purnomo tak perlu bermain petak umpet - kalau boleh diibaratkan seperti itu - lagi. Tokh masyarakat Solo lebih banyak yang menyukai Gibran, daripada dirinya.
Selain itu, sebagai orang yang usianya sudah beranjak tua, dan sudah menikmati manis dan pahitnya berpolitik maupun mengabdi kepada rakyat, kenapa tidak legowo untu memberikan kesempatan kepada anak muda, daripada bersikap tidak jelas, dan malah bikin mumet warga Solo?
Lantaran sikapnya yang inkonsistensi itu juga, simpati warga Solo pada ahirnya beralih kepada Gibran yang justru di saat puncak pandemi Covid-19 putra sulung Jokowi itu justru semakin mendekatkan diri, dengan terjun langsung bahu-membahu di tengah warga yang membutuhkan bantuan.
Sehingga dengan demikian, tudingan adanya politik dinasti dalam Pilkada Solo pun dapat dipatahkan. Terlebih lagi hingga saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang sanak-keluarga Presiden, maupun kepala daerah untuk ikut bertarung dalam ajang pesta demokrasi.
Bagaimanapun selama warga di daerah itu sendiri tidak mempermasalahkannya, dan juga memiliki elektabilitas yang tinggi, kenapa harus menjadi pesoalan lagi? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H