Di saat merebak pandemi Covid-19, Achmad Purnomo menyatakan mengundurkan diri persaingan bakal calon yang diusung PDIP tersebut, dan akan lebih berkonsentrasi pada tugasnya sebagai Wakil Walikota Solo dalam penanganan virus Corona.Â
Namun tak lama kemudian, dengan dalih lima PAC PDIP dan DPC PDIP Solo sendiri menolak pengunduran dirinya, juga lantaran sebagai petugas partai yang loyal, Achmad Purnomo yang akan disandingkan dengan Teguh Prakosa itu pun berubah pikiran, dan menyatakan akan tetap melanjutkan niatnya untuk kembali bersaing dalam perebutan kursi Walikota yang saat ini diduduki FX Hadi Rudyatmo.
Padahal jujur saja, Achmad Purnomo tak perlu bermain petak umpet - kalau boleh diibaratkan seperti itu - lagi. Tokh masyarakat Solo lebih banyak yang menyukai Gibran, daripada dirinya.
Selain itu, sebagai orang yang usianya sudah beranjak tua, dan sudah menikmati manis dan pahitnya berpolitik maupun mengabdi kepada rakyat, kenapa tidak legowo untu memberikan kesempatan kepada anak muda, daripada bersikap tidak jelas, dan malah bikin mumet warga Solo?
Lantaran sikapnya yang inkonsistensi itu juga, simpati warga Solo pada ahirnya beralih kepada Gibran yang justru di saat puncak pandemi Covid-19 putra sulung Jokowi itu justru semakin mendekatkan diri, dengan terjun langsung bahu-membahu di tengah warga yang membutuhkan bantuan.
Sehingga dengan demikian, tudingan adanya politik dinasti dalam Pilkada Solo pun dapat dipatahkan. Terlebih lagi hingga saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang sanak-keluarga Presiden, maupun kepala daerah untuk ikut bertarung dalam ajang pesta demokrasi.
Bagaimanapun selama warga di daerah itu sendiri tidak mempermasalahkannya, dan juga memiliki elektabilitas yang tinggi, kenapa harus menjadi pesoalan lagi? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H