Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada Solo: Lempar Handuk Sebelum Bertarung, Atau Memang Begitulah Gaya Legowo Achmad Purnomo

26 Juni 2020   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2020   08:15 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo (Kompas.com/Labib Zamani)

Di saat merebak pandemi Covid-19, Achmad Purnomo menyatakan mengundurkan diri persaingan bakal calon yang diusung PDIP tersebut, dan akan lebih berkonsentrasi pada tugasnya sebagai Wakil Walikota Solo dalam penanganan virus Corona. 

Namun tak lama kemudian, dengan dalih lima PAC PDIP dan DPC PDIP Solo sendiri menolak pengunduran dirinya, juga lantaran sebagai petugas partai yang loyal, Achmad Purnomo yang akan disandingkan dengan Teguh Prakosa itu pun berubah pikiran, dan menyatakan akan tetap melanjutkan niatnya untuk kembali bersaing dalam perebutan kursi Walikota yang saat ini diduduki FX Hadi Rudyatmo.

Padahal jujur saja, Achmad Purnomo tak perlu bermain petak umpet - kalau boleh diibaratkan seperti itu - lagi. Tokh masyarakat Solo lebih banyak yang menyukai Gibran, daripada dirinya.

Selain itu, sebagai orang yang usianya sudah beranjak tua, dan sudah menikmati manis dan pahitnya berpolitik maupun mengabdi kepada rakyat, kenapa tidak legowo untu memberikan kesempatan kepada anak muda, daripada bersikap tidak jelas, dan malah bikin mumet warga Solo?

Lantaran sikapnya yang inkonsistensi itu juga, simpati warga Solo pada ahirnya beralih kepada Gibran yang justru di saat puncak pandemi Covid-19 putra sulung Jokowi itu justru semakin mendekatkan diri, dengan terjun langsung bahu-membahu di tengah warga yang membutuhkan bantuan.

Sehingga dengan demikian, tudingan adanya politik dinasti dalam Pilkada Solo pun dapat dipatahkan. Terlebih lagi hingga saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang sanak-keluarga Presiden, maupun kepala daerah untuk ikut bertarung dalam ajang pesta demokrasi.

Bagaimanapun selama warga di daerah itu sendiri tidak mempermasalahkannya, dan juga memiliki elektabilitas yang tinggi, kenapa harus menjadi pesoalan lagi? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun