Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2024, Diprediksi Prabowo akan Kalah Lagi Saatnya Berbenah Sejak Dini

12 Juni 2020   17:51 Diperbarui: 12 Juni 2020   18:37 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Tribun.manado/tribunnews.com)

Bergabungnya Ketua Umum partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan koalisi pemerintah, dianggap menjadi salah satu batu sandungan, dan akan membuatnya kembali menelan kekalahan untuk keempat kalinya apabila ikut berlaga dalam Pilpres 2024 mendatang.

Sebagaimana diketahui, dalam Pilpres 2019, selain partai Gerindra, mantan Danjen Kopassus itu mendapat dukungan dari PKS, PAN, dan beberapa parpol yang tidak lolos ke Senayan. 

Di samping mendapatkan dukungan parpol, pasangan Prabowo-Sandi pun disokong penuh oleh berbagai ormas keagamaan yang tergabung dalam wadah yang dikenal dengan nama PA 212, yang terbentuk ketika menjelang Pilgub DKI Jakarta 2018.

Padahal hingga saat ini baik PKS maupun PA 212, sepertinya masih tetap konsisten berada di luar lingkaran pemerintah, dan tetap ajeg menjadi oposisi. Bahkan karena sikapnya itu pula, PKS dan PA 212 tak pernah berhenti mengkritisi dengan cukup pedas setiap kebijakan pemerintah. Dari sudut pandang mereka sendiri, tentu saja, dan terlepas kritikannya tersebut masuk akal atau tidak.

Lantaran sikap Prabowo yang dianggap sudah bertekuk lutut kepada bekas musuhnya juga, dukungan dari kelompok PA 212 dan PKS, diprediksi tidak akan solid sebagaimana sebelumnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan malah justru akan berpindah ke lain hati. 

Tentu saja kepada kandidat yang dianggap masih sejalan dengan langkah politiknya. Paling tidak kepada kandidat yang dengan tegas menyatakan penolakannya untuk bergabung dengan parpol pembela Ahok, atawa BTP yang dianggap musuh abadi mereka.

Tapi ada juga pendukung Prabowo yang masih tetap setia. Langkah Prabowo yang saat ini bergabung dengan Jokowi, dianggap mereka sebagai strategi politik yang cantik dan ciamik.

Lantaran Jokowi tidak akan tampil kembali mencalonkan diri - sesuai aturan perundang-undangan, tentunya, bahkan tidak menutup kemungkinan Jokowi akan memberikan dukungan terhadap mantan menantu penguasa rezim orde baru itu, sehingga paling tidak satu langkah  untuk menuju tangga kemenangan pun telah dilaluinya.

Berandai-andai, dan membuat prediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, adalah sesuatu yang tidak terlarang. Dann boleh-boleh saja dilakukan setiap orang. Hanya saja kalau hal itu disampaikan dengan asal bunyi, dan cara yang serampangan, jangan harap ada yang memperhatikan. Kalau tidak jadi bahan tertawaan, bisa juga malah jadi bulan-bulanan kemarahan pendukung fanatiknya saja.

Sebagaimana halnya  memprediksi nasib Prabowo dalam Pilpres 2024 mendatang. Apabila tidak didukung argumentasi yang kuat, dan bisa diterima semua fihak, paling-paling malah akan mengalami hal yang tadi disebutkan.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, justru menganjurkan Prabowo agar mempertimbangkan untuk mengajukan kader lain, dan dengan gamblang disebutnya nama Sandiaga Uno yang pada Pilpres 2019 mendampinginya.

Bisa jadi yang dikatakan pengamat lantaran terbelahnya pendukung Prabowo dari PA 212 dan PKS serta sebagian dari PAN gerbongnya pro Amin Rais. Sehingga dianggap akan mengurangi dukungan suara.

Demikian juga halnya dengan parpol dalam koalisi pemerintah yang saat ini dijadikan tempat berlabuh, belum tentu memiliki kesepakatan untuk memberikan dukungan kepada mantan Danjen Kopassus tersebut.

Terlebih lagi jika melihat hasil survey  yang dilakukan Indikator Politik Indonesia. Elektabilitas Prabowo yang sebelumnya sebesar 22,2 persen, pada Mei lalu turun 8,1 persen , menjadi 14,1 persen. 

Hal itulah mungkin yang menjadi dasar prediksi pengamat politik tersebut.

Akan tetapi walaupun tanpa dukungan PA 212, PKS, maupun PDI-P misalnya -- lantaran mengusung jagoan sendiri, peluang bagi Prabowo masih terbuka lebar. 

Apabila mulai sekarang Prabowo bersama partai Gerindra tak henti bergerilya melakukan komunikasi yang intens kepada  NU dan Muhammadiyah, dua organisasi keagamaan paling banyak memiliki basis massanya, juga terhadap partai-partai politik yang siap berkoalisi, ditambah lagi dengan melakukan pendekatan langsung kepada rakyat ala Jokowi, bisa jadi kekalahan tiga kali beruntun yang pernah dialaminya akan berubah menjadi kemenangan yang memang diimpikannya.

Suatu hal yang tidak mustahil memang. Terlebih lagi waktu untuk berbenah masih cukup panjang, dan Dewi Fortuna, lebih tepatnya lagi Tuhan yang maha kuasa sudah menentukan takdirnya, ambisi dan mimpi yang dianyam selama ini pun akan menjadi kenyataan.

Hanya saja yang patut diperhatikan, watak temperamental, politik identitas, terlebih lagi cara-cara yang digunakan para pendukung fanatiknya, seperti Dhani Ahmad, dan yang lainnya, suka maupun tidak suka jangan lagi dimunculkan. Kalau perlu, buang jauh-jauh ke lautan yang paling dalam..***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun