Bisa jadi yang dikatakan pengamat lantaran terbelahnya pendukung Prabowo dari PA 212 dan PKS serta sebagian dari PAN gerbongnya pro Amin Rais. Sehingga dianggap akan mengurangi dukungan suara.
Demikian juga halnya dengan parpol dalam koalisi pemerintah yang saat ini dijadikan tempat berlabuh, belum tentu memiliki kesepakatan untuk memberikan dukungan kepada mantan Danjen Kopassus tersebut.
Terlebih lagi jika melihat hasil survey  yang dilakukan Indikator Politik Indonesia. Elektabilitas Prabowo yang sebelumnya sebesar 22,2 persen, pada Mei lalu turun 8,1 persen , menjadi 14,1 persen.Â
Hal itulah mungkin yang menjadi dasar prediksi pengamat politik tersebut.
Akan tetapi walaupun tanpa dukungan PA 212, PKS, maupun PDI-P misalnya -- lantaran mengusung jagoan sendiri, peluang bagi Prabowo masih terbuka lebar.Â
Apabila mulai sekarang Prabowo bersama partai Gerindra tak henti bergerilya melakukan komunikasi yang intens kepada  NU dan Muhammadiyah, dua organisasi keagamaan paling banyak memiliki basis massanya, juga terhadap partai-partai politik yang siap berkoalisi, ditambah lagi dengan melakukan pendekatan langsung kepada rakyat ala Jokowi, bisa jadi kekalahan tiga kali beruntun yang pernah dialaminya akan berubah menjadi kemenangan yang memang diimpikannya.
Suatu hal yang tidak mustahil memang. Terlebih lagi waktu untuk berbenah masih cukup panjang, dan Dewi Fortuna, lebih tepatnya lagi Tuhan yang maha kuasa sudah menentukan takdirnya, ambisi dan mimpi yang dianyam selama ini pun akan menjadi kenyataan.
Hanya saja yang patut diperhatikan, watak temperamental, politik identitas, terlebih lagi cara-cara yang digunakan para pendukung fanatiknya, seperti Dhani Ahmad, dan yang lainnya, suka maupun tidak suka jangan lagi dimunculkan. Kalau perlu, buang jauh-jauh ke lautan yang paling dalam..***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H