Apa boleh buat, pandemi global Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah merubah tatanan di berbagai segi kehidupan yang pada ahirnya suka maupun tidak suka harus dijalani juga.Â
Demi mencegah penularan pagebluk virus penyakit yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, RRT itu, kita semua dituntut untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja.
Perubahan tersebut - tentu saja, memiliki dampak yang luas di berbagai sektor kehidupan.Â
Sebagaimana halnya di saat umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa sekarang ini, dan sebentar lagi menghadapi lebaran, suasananya begitu jauh berbeda dengan yang pernah dialami selama ini.Â
Selain - tentu saja, dalam keadaan yang penuh dengan keprihatinan, dalam melaksanakan ritual keagamaan pun begitu banyak perubahan yang awalnya begitu mengejutkan. Bahkan tak sedikit orang sulit menerimanya lantaran berbagai alasan.
Hanya saja pada ahirnya dalam situasi dan kondisi  yang terjadi sekarang ini setiap orang bakal dihadapkan kepada hanya dua pilihan. Apakah masih memiliki semangat ingin hidup seribu tahun lagi - sebagaimana diungkapkan Chairil Anwar, atau mati konyol dengan kemungkinan membawa mudarat bagi dirinya maupun masyarakat di sekitar?
Tanpa reserve lagi, kiranya setiap orang yang masih memiliki nalar yang sehat akan lebih memilih pada pilihan yang pertama. Karena paling tidak kita masih akan mendapat kesempatan untuk memperbaiki diri, dan andaikan sudah ditakdirkan untuk mati pun masih berharap di saat meninggalkan dunia ini dalam suasana penuh kedamaian.
Akan tetapi untuk hal itu pun sepertinya tidak cukup dengan berdoa dan berharap sahaja. Terlebih lagi sampai harus merasa terpuruk, hingga merasa putus asa. Ikhtiar, atau usaha dalam mengupayakannya harus tetap dilaksanakan. Terlebih lagi dalam menghadapi apa yang sekarang ini dinamakan era new normal.Â
Karena bisa jadi kebiasaan-kebiasaan yang lama, dan yang selama ini kita lakukan, tidak menutup kemungkinan tidak akan lagi ditemui, dan berganti dengan kebiasaan baru  yang sebelumnya sama sekali tak pernah ditemui dalam keseharian.
Lebih jelasnya, sebagaimana dijelaskan pihak pemerintah, bahwa yang dimaksud dengan era new normal tersebut adalah perubahan perilaku untuk mejalankan aktivitas normal, namun ditambah dengan  menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Ya, kita semua harus siap menyesuaikan diri apabila masih ingin hidup seribu tahun lagi. Bagaimana pun bagi seorang suami misalnya, istri dan anak, yang notabene menjadi tanggung jawab kita, jangan sampai kemudian  menjadi korban yang disebabkan di saat sedang beraktivitas di tengah masyarakat, baik sedang bekerja maupun berniaga demi menafkahi keluarga - tentu saja, paling tidak harus tetap memperhatikan protokol kesehatan sebagaimana yang telah dianjurkan pihak berwenang.
Demikian juga di saat menunaikan ritual ibadah shalat berjamaah, dan shalat sunat Ied pada waktunya nanti, protokol kesehatan tersebut jangan sampai diabaikan.
Sedangkan apabila berharap situasi dan kondisi sekarang ini bisa kembali normal seperti sebelumnya lagi, suka-maupun tidak suka kita semua harus menyatukan doa dan harapan, semoga vaksin penangkal virus Corona segera ditemukan.Â
Oleh karena itu sudah saatnyasupaya jangan sampai ada lagi saling hujat, saling fitnah, dan menyebar kebencian di antara kita. Terlebih lagi di saat mseluruh umat Islam tengah menunaikan ibadah puasa, dan sebentar lagi bakal merayakan Hari Kemenangan.Â
Situasi dan kondisi yang penuh keprihatinan ini sudah selayaknya dihadapi dengan hati yang bersih, ikhlas, sabar, dan tawakal.Â
Bahkan seiring dengan itu, di hari ini, Rabu (20/5/2020) bertepatan dengan peringatan hari Kebangkitan Nasional.Â
Sehingga momen ini bisa dijadikan sebagai tonggak dan pemberi semangat bagi bangsa Indonesia untuk dapat bangkit dari keterpurukan dan keprihatinan.Â
Semoga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H