Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Buruk Sangka, Penyakit yang Lebih Bahaya dari Virus Corona

17 Mei 2020   20:35 Diperbarui: 17 Mei 2020   20:40 3875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: hajinews.id)

Seorang tetangga yang tak pernah absen menghadiri majelis taklim, setiap ditanya tentang materi ceramah yang disampaikan ustaz, maka jawabnya adalah, "Ya, begitulah." Tanpa penjelasan lebih lanjut lagi.

Mendengar jawaban seperti itu, bisa jadi merupakan sesuatu hal yang membingungkan. Atau paling tidak menganggap bahwa tetangga kami tersebut, meskipun rajin menghadiri majelis taklim, tapi tak pernah menyimak setiap materi yang disampaikan ustaz, atawa da'i dalam kegiatan pengajian yang biasa diselenggarakan secara mingguan itu.

Tidak menutup kemungkinan akan muncul juga syakwasangka, jika tetangga kami itu sebenarnya datang ke majelis taklim bukan untuk menambah pengetahuan keagamaan, melainkan ada motivasi lain di baliknya. 

Misalnya saja hanya untuk membunuh waktu, daripada menganggur tak menentu, atawa  bisa saja agar jangan sampai disebut ustaz sebagai orang yang  antiagama.

Entahlah. Saya sendiri tak mampu menduga-duga lebih jauh lagi. Selain hanya buang waktu, juga takut disebut sebagai pendosa saja.

 Bukankah berburuk sangka, atawa su'udzon itu kata ustaz pun merupakan suatu perbuatan yang termasuk tidak boleh, alias dilarang dilakukan oleh setiap orang yang beriman?

Sebagaimana Firman Allah Swt, "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang" , [QS Al-Hujuraat : 12].

Akan tetapi sepertinya sikap buruk sangka ini sudah menjadi fenomena, dan tampaknya telah menjangkiti diri setiap orang sekarang ini. 

Misalnya saja saat kita sedang nongkrong di pinggir jalan, tetiba ada seseorang lewat di depan kita. Selain tidak mengucap salam, cara jalannya pun tampak bak preman yang petantang-petenteng sedang mencari lawan.

Tak syak lagi maka dalam hati akan muncul kesan pertama terhadap orang tersebut sebagai orang yang sombong dan angkuh. Kemudian diikuti perasaan kesal dan sebal.

"Cih!  Lagaknya..." Begitu kira-kira yang terbersit dalam hati selanjutnya. Bahkan boleh jadi akan terlontar menjadi sebuah komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun