Apalagi pemanisnya pun adslah gula merah bikinan sendiri yang bahannya dari sadapan nira pada pohon enau yang tumbuh di pojok halaman.
Memang terkadang godaan untuk berbuka puasa bersama di luar, untuk mencari suasana lain, dan menikmati sajian yang lengkap - bahkan berlebihan - di rumah makan, Â muncul juga. Baik dari yang dikhayalkan anak-anak melalui obrolan ringan, maupun hanya sekilas terbersit dalam hati manakala bernostalgia mengenang Ramadhan yang telah lewat.
Pada ahirnya kami semua hanya bisa menghela nafas panjang seraya mengusap dada.Â
Tapi tak lupa, berlanjut mengucap syukur kepada Allah SWT, lantaran di tengah keterbatasan sekarang ini, masih tetap mendapat kenikmatan hidup dariNya.
Ternyata dengan memanfaatkan peninggalan mendiang orang tua, kami sekeluarga masih dapat hidup, walau pun alakadarnya, dan di tengah suasana yang penuh ketidakjelasan juga. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H