Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Tulisan Kita Sepi Pembacanya?

10 Mei 2020   02:13 Diperbarui: 10 Mei 2020   02:12 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pexels/Andrea Piacquadio)

Pertanyaan itu muncul dari salah seorang teman di salah satu WAG (WhatsApp Group) yang selama ini saya ikuti. Boleh jadi maksudnya terkait tulisannya yang diposting di blog keroyokan Kompasiana ini.

Membaca pertanyaan itu, sejenak saya malah tersenyum kecut. Lantaran saya sendiri pun merasakannya juga. Bahkan dalam hati, saya menduga, jangan-jangan ia sedang menyindir saya. 

Sebagai Kompasianer yang pertama kali memposting tulisan di bulan November 2011, terus terang saya sendiri merasakan perubahan yang terjadi belakangan ini - sebagaimana yang menjadi pertanyaan teman tersebut. 

Sungguh, saya sendiri memang sunguh-sungguh mengalaminya. Viewer setiap postingan saya di K melorot drastis. Boro-boro bisa mencapai angka ribuan, malahan melihat angka 50 viewer saja tak pernah lagi. 

Padahal sebagai Ker's centang biru, hampir setiap postingan saya bertengger masuk di antara pilihan editor - sebagaimana ketentuan - kalau sedang bernasib baik ya masuk artikel utama (HL),tapi paling tidak ya masuk kategori artikel pilihan sudah jadi jaminan.  Dengan catatan harus tetap mengikuti syarat dan ketentuan - tentu saja.

Hanya saja, anehnya biarpun sudah dikasih dispensasi seperti itu juga, kok masih saja bernasib naas. Susah mendapatkan kunjungan para pembaca. Terutama belakangan ini. Di bulan Ramadhan ini. 

Apakah yang menjadi penyebabnya?

Sungguh saya sendiri tidak tahu pasti. Dan dalam hal ini saya hanya bisa menduga-duga saja. 

Apakah postingan saya sudah tidak menarik lagi minat sidang pembaca, atawa ada faktor lainnya?

Terus terang, pernah juga saya berpikir, jangan-jangan para pengelola K sudah tidak peduli lagi terhadap Ker's lama, dan cenderung meng-anak emas-kan Kompasianer baru.

Tapi prasangka itu segera saya enyahkan dari dalam batok kepala. Berburuk sangka itu tidak baik, apalagi di bulan Ramadhan (Maaf, Min). 

Yang jelas, dan pasti tulisan saya dari dulu kualitasnya memang begitu-begitu saja. Tidak ada kemajuan yang bisa dibanggakan. 

Selain itu, para Kompasianer baru banyak yang memiliki talenta mumpuni. Sehingga wajar kalau penulis semacam saya akan jauh ketinggalan. Ibarat kata vitalitas orang tua, bakal jauh tertinggal anak muda yang masih prima.

Terlebih lagi ketika dijelaskan Widha Karina, Content Superintendent di K ini dalam event bertajuk "A to Z Kompasiana, Optimasi Konten Blog Kamu di Kompasiana!", pada Kamis (9/42020) lalu. 

Bahwa belakangan ini postingan para Ker's yang masuk per bulannya mencapai 19.575 postingan per bulannya, 631 postingan dalam per hari, 26 postingan setiap jamnya, dan dalam tempo setiap 2,3 menit dipastikan satu artikel akan nyelonong masuk.

Dari penjelasan Widha tadi, sudah saya tebak, alangkah repotnya Admin dalam memelototi setiap artikel yang diposting Ker's yang seabreg-abreg dan bak mitraliyur masuknya itu. 

Sementara itu, usai posting tulisan, bisa jadi setiap Ker's justru malah sibuk pula memelototi postingannya sendiri, dan sampai-sampai tidak sempat melirik postingan Ker's yang lain.

Oalah... Nasib.

Tapi, boleh juga. Sepertinya memang benar dalam kasus seperti ini, saya harus berpikir jernih. Kalau ingin menggaet viewer lebih banyak lagi, kuncinya ya harus mampu meningkatkan keterampilan menulis lebih baik lagi. 

Jangan stagnan, dan merasa nyaman hanya karena sudah centang biru. Tokh terbukti dispensasi itu tidak jadi jaminan juga jika keadaannya seperti yang dikatakan Neng Widha di atas tadi.

Bahkan selain harus konsisten menulis dan membaca saban hari, sikap rendah hati pun harus tetap dipelihara. Jangan sok dan mentang-mentang centang biru. 

Tokh di atas langit masih ada langit. Hiks. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun