Tak salah lagi dengan yang pernah dikatakan mendiang Gus Dur, bahwa tingkah-laku anggota dewan seperti murid taman kanak-kanak (TK) saja laiknya. Kalau kurang mendapat perhatian sedikit saja, maka langsung mereka pun ngambek. Julid. Lalu teriak-teriak mencari kambing hitam. Maksudnya sih supaya segera ditimang-timang, dan dimanja biar bisa kembali nyenyak tidurnya.
Demikian juga dengan sesama anggota DPR sendiri, selalu saja tak pernah akur seia-sekata. Seringkali di antara mereka cakar-cakaran, ibarat bocah yang sedang berebut mainan. Bahkan tren yang sedang nge-hit belakangan ini, adalah dengan munculnya geng-gengan ala preman di terminal. Apalagi namanya dengan terbentuknya koalisi partai politik pendukung pemerintah dengan koalisi parpol di luar pemerintah jika kerjanya cuma saling gontok-gontokan, sedangkan nasib rakyat banyak yang diwakilinya justru malah terabaikan.
Sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Awalnya hari Kamis (9/4/2020) DPR me-launching pembentukan Satgas Lawan Covid-19 di kompleks DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta. Tujuan utamanya adalah untuk membantu mencegah penyebaran virus Corona di Indonesia ini.
Sebagaimana dijelaskan koordinator Satgas Lawan Covid-19, Sufmi Dasco Ahmad, pihaknya melakukan kerjasama dengan pengusaha, atau donatur untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit (RS) rujukan dan puskesmas dalam menangani pasien terkait virus Corona.
Adapun anggota satuan tugas lawan covid-19 tersebut,sebagaimana dijelaskan politisi partai Gerindra itu, adalah seluruh anggota DPR RI, tanpa kecuali. Dan jika memang ada niat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden Jokowi sebagai bencana nasional non-alam.
Akan tetapi, dalam pembentukan satgas tersebut ada salah satu fraksi di DPR RI yang merasa tidak dilibatkan. Adalah fraksi partai Demokrat yang mengaku sebagai pihak yang pertama kali mengusulkan agarDPR membentuk tim untuk mengawasi penanganan virus Corona di negeri ini.
Melalui Sekretaris Bendahara fraksi partai berlogo mercy itu, Irwan, Selasa (14/4/2020) mengatakan bahwa fraksi PD yang pertama mengusulkan dalam Badan Musyawarah (Bamus) dan paripurna agar dibentuk tim pengawas, atau satgas, atau apapun itu namanya di DPR RI. Namun sepertinya pimpinan menterjemahkannya lain malah FPD tidak dilibatkan.
"Meskipun bukan organisasi resmi DPR, tetap saja aneh bin ajaib," tambahnya.
Menyimak pernyataan Sufmi Dasco Ahmad dan Irwan di atas, sekilas pun Jaka Sembung makan kedondong. Tidak nyambung, dan tidak jelas dong.Â
Coba saja simak kembali. Tujuan dari terbentuknya Satgas Lawan Covid-19 sebagaimana dikatakan Sufmi Dasco Ahmad, jelas semata-mata  mempunyai misi kemanusian, yakni untuk memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan RS rujukan dan puskesmas dalam menangani pasien positif virus corona.
Lagi pula anggaran yang digunakan untuk kegiatan satgas itupun,kata Sufmi, bukan mengambil dari anggaran DPR,melainkan hasil patungan anggota DPR sendiri,ditambah dengan sumbangan dari donatur dan para pengusaha.
Sedangkan yang dimaksud politisi partai Demokrat itu adalah tim yang mengawasi,sekali lagi: Mengawasi. Mungkin saja sebagaimana tugas DPR mengawasi setiap tugas eksekutif,dalam hal ini tentunya dalam menangani penyebaran pandemi virus Covid-19.Â
Sudah tidak nyambung,teriak-teriak lagi berharap perhatian dari masyarakat. Sungguh lucu, bukan?
Kalau anak TK lucu memang.Karena bocah baita masih jelas masih genuine, murni,dan tanpa ada conflict of interest. Lain halnya dengan para politisi di Senayan tersebut. Sehingga jangan salahkan publik jika masalah akan berbuat demi kemanusiaan saja saling rebutan, dan merasa tidak di ajak-ajak.
Padahal jika akan berbuat kebaikan, justru tak perlu bertingkah seperti itu. Sebab selain sudah merupakan suatu kebaikan dan kebajikan, juga telah menjadi kewajiban tentunya bagi para anggota dewan yang terhormat untuk memberikan perhatian kepada seluruh rakyat Indonesia yang sedang membutuhkan bantuan di tengah bencana seperti sekarang ini.
Bahkan di samping itu, bisa jadi juga momen seperti sekarang ini merupakan kesempatan bagi setiap partai politik untuk mendapatkan simpati dari para konstituennya, dengan cara berlomba-lomba mengulurkan bantuan sebanyak-banyaknya bagi rakyat yang memang sangat membutuhkannya.
Benar, atawa tidak, anak-anak... Eh, Bapak-bapak dan Ibu-ibu  yang terhormat? ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H