Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Physical Distancing dan Hubungan Intim Suami-Isteri yang Bikin Pusing

27 Maret 2020   21:08 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:37 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Tibunnews.com)

Bisa jadi sekarang ini bagi pasangan suami-isteri, terutama  yang baru menikah dan masih sedang menikmati bulan madu,  merupakan sesuatu yang lumayan bikin pusing kepala sampai tujuh keliling. 

Di satu sisi hubungan intim penuh kemesraan adalah suatu yang tak boleh dilewatkan. Sementara di sisi lain untuk menghindari dan mencegah pandemi virus Corona, atawa COVID-19 supaya tidak lebih banyak lagi memakan korban, maka salah satu caranya adalah melaksanakan physical distancing secara disiplin.

Sebagaimana dijelaskan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, physical distancing adalah menjaga jarak aman. Hal itu tidak hanya berlaku di tempat umum saja, melainkan berlaku juga pada seluruh rumah tangga di setiap rumah tangga.Karena di antara keluarga belum tentu semuanya negatif, dan aman dari virus Corona. 

Istilah physical distancing tersebut, tak hanya diterapkan di Indonesia saja, tetapi juga di Kanada. Para ahli kesehatan dan politikus Kanada telah mendesak warganya untuk menjaga jarak fisik satu sama lain, dan tinggal di rumah sesering mungkin untuk membantu menghentikan penyebaran virus corona.

Dr. Jeff Kwong, spesialis penyakit menular dan profesor di Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas di Univercity of Toronto, menjelaskan bahwa jarak fisik sangat penting dalam membantu mencegah penyebaran Covid-19. Apabila orang itu menentang perintah, maka hal itu akan berakibat fatal, dan menghancurkan.

Oleh karena itu  bagi pasangan suami-isteri, baik yang masih baru menikah, atawa yang sudah lapuk sekalipun, dan memiliki keyakinan bahwa salah satu kiat menjaga keharmonisan hubungan sepasang suami-isteri adalah melakukan hubungan intim secara intens. 

Paling tidak satu kali dalam satu minggu. Selain melakukan hubungan intim secara rutin, tak dapat disangkal lagi interaksi dan kedekatan dalam berkomunikasi pun merupakan kiat lainnya dalam menjaga keutuhan suatu rumah tangga.

Lalu tiba-tiba saja sekarang ini ada perintah, atawa lebih halus lagi adalah himbauan pemerintah untuk menjaga jarak aman dengan setiap orang, apa boleh buat,  maka hal itu pun menjadi pembicaraan yang harus dipertimbangkan dengan matang. 

Kemudian ujung-ujungnya akan dihadapkan pada pilihan: 

1. Tetap mempertahankan hubungan mesra dengan pasangan, tapi besar kemungkinan akan terpapar virus corona, sehingga tidak menutup kemungkinan pula kalau sampai tidak tertolong lagi akan mengucapkan good bye pada kehidupan di dunia ini, atawa 

2. Melaksanakan physical distancing secara disiplin, dan virus corona pun akan segera menyingkir jauh ke asalnya yang entah di mana.

Bagaimana pun dengan sikap disiplin, dan untuk sementara waktu berpuasa untuk tidak saling berdekatan satu sama lain dengan pasangan, boleh jadi kita akan terhindar dari virus penyakit yang serupa horor menakutkan itu. 

Tokh bila semuanya sudah pulih kembali, Covid -19 sudah tak ada lagi, maka kemesraan dengan pasangan pun akan tersambung kembali.

Yupz, hitung-hitung latihan menjelang bulan suci Ramadhan saja (Bagi umat Islam, tentunya), tokh selama satu bulan penuh, dan di siang hari saat melaksanakan puasa, maka hubungan intim suami-isteri pun harus dijauhi.  

Bisa juga khusus bagi para suami yang memiliki libido tinggi, di saat sekarang ini, anggap saja kalau istri kita sedang kedatangan tamu bulanan, atawa sebutan lain dari menstruasi. Bukankah menurut medis pun tidak diperbolehkan untuk mendekatinya. Bisa bahaya.

Benar. Kalau dipikir-pikir besar juga memang resikonya kalau kita membantah atas himbauan untuk melakukan physical distancing itu. Misalnya saja salah satu di antara suami dan isteri ada yang terjangkit virus yang berasal dari kota Wuhan RRT itu, atawa anggota keluarga lainnya, tidak menutup kemungkinan seluruh keluarga ikut positif terjangkit juga. 

Sehingga meskipun pahit rasanya, apa boleh buat, demi mencegah kehadiran virus corona tersebut,  pilihan terbaik adalah menjaga jarak saat berkomunikasi dengan orang lain, termasuk keluarga di rumah masing-masing.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun