Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tiba Saatnya Menjauh dari Pasangan

3 Maret 2020   08:08 Diperbarui: 3 Maret 2020   08:13 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa boleh buat. Jalinan komunikasi, bahkan kemesraan yang biasanya dieksplor saban hari, dengan pasangan hidup yang kita cintai - tentu saja, ada saatnya harus dihindari. 

Bukan, bukan karena sudah tak ada rasa cinta kasih pada  suami dan isteri. Bukan. Sama sekali bukan karena adanya perselisihan yang disebabkan adanya perselingkuhan misalnya, atawa dilantarankan soal anak-anak, atawa juga karena masalah ekonomi yang memang banyak  jadi penyebab perceraian belakangan ini.  

Lalu karena apa sih? Penasaran ya?

Tapi sebelumnya ada pertanyaan yang berupa pilihan. Kira-kira bila Anda sedang berduaan dengan pasangan kita dalam suasana penuh dengan gairah cinta kasih yang sedemikian mesranya, tiba-tiba tetangga yang rumahnya di dekat Anda mengalami musibah kebakaran, lantaran kompornya meledak misalnya, apakah yang akan Anda lakukan. Segera bergegas memberikan bantuan pertolongan kepada kepada tetangga yang terkena musibah, atawa akan tetap melanjutkan kemesraan dengan pasangan kita?

Dalam kasus seperti itu, saya rasa pada umumnya orang akan lebih memilih untuk segera memberikan bantuan terhadap orang lain, dan mengorbankan urusan dirinya. Termasuk saat dalam gairah cinta yang sudah mencapai puncaknya sekalipun. Sebab di dalam permasalahan musibah yang dialami tetangganya itu mengandung masalah lain yang menyertainya.

Bisa jadi urusan keselamatan jiwa adalah yang pertama terlintas di kepala. Bukankah nyawa manusia tak ada yang menjualnya, baik di warung, di toko,  maupun di supermall di seluruh penjuru dunia ini. Nyawa Anda sendiri,  bersama pasangan  tentunya. Lalu nyawa seluruh keluarga tetangga yang terkena musibah kebakaran pun agar terhindar dari kematian, maka dengan segera bergegas untuk memberikan pertolongan. Siapa tahu nasib baik, dan kuasa Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup lebbih lama lagi.

Begitu kira-kira  prolog-nya. 

Demikian juga kira-kira dengan yang saat ini menjadi pembicaraan di negeri ini. Wabah virus corona yang berasal dari Republik Rakyat Cina, ternyata sudah mulai muncul di Indonesia. 

Andaikan saja (mudah-mudahan tidak) salah satu di antara sepasang suami-isteri mendapat serangan virus yang konon mematikan itu, kira-kira apa yang dilakukan? Kemungkinan besar akan dijauhi bukan? 

Hayo berterus terang saja. Bohong kalau Anda akan tetap menjalin komunikasi, apalagi kemesraan dengan pasangan kita yang sudah dihinggapi virus yang salah satu penyebab penularannya lantaran adanya kontak fisik.  Pastinya kalau tidak mau tertular, akan menjauhi pasangannya. Paling tidak dengan menghindari kontak fisik secara sembarangan. 

Kecuali barangkali kalau mata dan hati sudah dibutakan oleh cinta, sebagaimana dalam sinetron, itu lain lagi perkaranya. Biarlah virus corona itu menyerang kita berdua. Karena janji sehidup dan semati haruslah dipenuhi.

Gombal. 

Ya itu pikiran yang kebanyakan dijejali roman picisan dari tayangan drama televisi yang ditontonnya saban hari. Sedangkan informasi penting, seperti wabah virus corona malah dilewatkan begitu saja, tentunya dengan memindahkan saluran pada tayangan hiburan.

Padahal jika sudah ada yang terkena di antara salah seorang keluarganya, baru sibuk kasak-kusuk dengan muka yang panik dan penuh pengharapan untuk mendapat bantuan. Dan bila bantuan itu  telat sedikit saja datangnya, ia pun ngomel-ngomel menyalahkan semua pihak yang disebutnya tidak tanggap, dan tidak memiliki rasa kekedulian.

Tapi kalau sudah ada seseorang yang mengatakan "Salah kamu sendiri, kenapa tidak peduli terhadap informasi. Sebaliknya kabar hoax yang malah dipercaya setengah mati!", ia pun malah tak menerimanya. Apalagi kalau sampai dikatakan: "Dasar watak bangsa Indonesia yang cuma biasanya mencari kambing hitam!" Maka yang bersangkutan akan mencak-mencak sambil terkaing-kaing menahan virus corona itu misalnya, yang sudah merasuk di sekujur tubuhnya.

Oleh karena itu agar tidak disebut lagi sebagai bangsa yang latah, yang bisanya mencari kambing hitam, sebaiknya kita semua sadar diri memang. Perhatikan setiap informasi yang benar dalam menghadapi setiap persoalan. Termasuk informasi tentang wabah virus corona yang sekarang ini menjadi perhatian semua orang.

Jangan panik, dan tetap tenang. Jagalah diri kita, juga pasangan hidup dan seluruh keluarga. Paling tidak agar komunikasi dan keharmonisan tetap terjaga. Termasuk menjaga kesehatan akan lebih baik daripada mengobatinya, bukan? ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun