Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membaca Peluang Anies Baswedan Menuju Pilpres 2024 Mendatang

27 Februari 2020   21:34 Diperbarui: 27 Februari 2020   21:40 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies R. Baswedan/ Republika.co.id

Sejak jauh hari, sebelum Anies R. Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta sudah terdengar prediksi bahwa yang bersangkutan merupakan salah satu kandidat pemimpin Indonesia di waktu yang akan datang. 

Hal itu barangkali melihat sepak-terjang cucu Pahlawan Nasional AR Baswedan, ini yang memiliki berbagai terobosan pemikiran untuk kepentingan bangsa dan negara, seperti misalnya gagasan merajut tenun kebangsaan yang pernama kali dicetuskannya saat Anies masih menjabat Rektor universitas Paramadina, dan kemudian diangkat kembali ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Sebagaimana dirilis Sekretariat Kabinet yang dipublikasikan 11 November 2014 lalu, Anies di antaranya menjelaskan, 

"Saya melihat Indonesia ini sebagai, istilah saya tenun. Dengan benang lintas agama, lintas budaya, dan adat bahasa, yang menghasilkanmozaik luar biasa indah.Saya istilahkan tenun karena harus dijaga keeratannya. Tenun kalau robek maka meskipun ditisik sehebat apapun tidak bisa kembali. Oleh karena itu, jaga ikatan kebangsaan kita. Sekali tenun itu ada cacat maka memperbaikinya dengan alat apapun dan dengan cara apapun sulit mengembalikannya. 

Kalau ada peristiwa SARA misalnya, maka efeknya bagi republik ini terlalu lama dan selalu ada orang yang melakukan itu.Negara hadir untuk menjaga ikatan tenun itu dan berani bertindak.tenun itu dijaga kuat dengan pendidikan, toleransi, dan penegakan hukum. Siapa saja yang berencana untuk merusak tenun kebangsaan dan melakukan kekerasan maka jangan dibiarkan tak dihukum"

 Menyimak yang diungkapkan Anies tersebut, wajar apabila banyak orang yang terpesona. Betapa darah nasionalisme mendiang kakeknya telah merasuk pula ke dalam jiwa seorang Anies Baswedan. Sehingga wajar pula apabila kemudian  muncul ekspektasi terhadap Anies yang saat itu masih berkongsi dengan Presiden Jokowi, akan tampil sebagai pengganti orang nomor satu di Indonesia ini kelak di kemudian hari.

Terlebih lagi saat Anies maju sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilukada yang diselenggaran pada 15 Februari dan 19 April 2017 , Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno, dengan didukung oleh partai Gerindra, PAN, dan PKS, terbukti pasangan tersebut tampil sebagai pemenang dengan raihan dukungan suara sebesar 57,96 persen.

Hanya saja perhelatan Pilkada DKI Jakarta ketika itu,  tercatat dalam sejarah bangsa ini sebagai pesta demokrasi yang paling brutal, dan Anies pun dituding sebagai sosok munafik dalam bertindak.

Betapa tidak, bersama para pendukungnya, betapa isu SARA yang sangat diharamkan, dan sebelumnya selalu didengung-dengungkan Anies Baswedan, dalam perhelatan pesta demokrasi di DKI Jakarta ketika itu, justru malah dijadikan sebagai senjata andalan untuk memperoleh kekuasaan.

Sehingga suka maupun tidak suka, banyak orang yang semula menjadikan Anies sebagai idola, dan berharap pada saatnya nanti menjadi pemimpin bangsa ini, secara spontan mundur dengan teratur. Telebih lagi setelah selama sekitar dua tahun ini memimpin Ibu kota, Anies dianggap sebagai seorang gubernur yang tak bisa bekerja. Sebagaimana misalnya dalam menangani bencana banjir yang beberapa kali melanda Jakarta, Anies dianggap tidak jelas bagaimana cara mengatasinya.

Akan tetapi, meskipun keadaannya seperti itu, suara dukungan terhadap Anies untuk maju sebagai kandidat dalam Pilpres 2024 mendatang masih terdengar menggelegar.

Selain para pendukung pada pilkada 2017 seperti kelompok PA212, maupun ormas FPI tampaknya masih tetap solid dan setia, hasil beberapa lembaga survey pun ternyata memposisikan Anies sebagai salah satu kandidat yang cukup kuat.

Benarkah Anies Baswedan memiliki peluang besar untuk mencalonkan diri dalam Pilpres 2024 mendatang?

Inilah yang menjadi permasalahannya. Para pendukung Anies maupun lembaga survey memang boleh-boleh saja menyebut yanh bersangkutan memiliki peluang besar untuk mengalahkan rival-rivalnya dalam pemilihan presiden nanti. Hanya saja apabila dianalisa kembali secara logika, dan dengan menggunakan nalar yang waras, sepertinya sulit untuk ikut menyatakan amin. 

Betapa tidak, ketika Pemilukada DKI Jakarta 2017 lalu, Anies-Sandi didukung oleh partai Gerindra yang saat Pemilu lalu menduduki klasemen akhir di urutan kedua setelah PDIP memang. Akan tetapi, bukankah selama ini partai Gerindra  telah memiliki jagoannya sendiri yang  masih akan siap maju, yakni Prabowo Subianto yang saat ini menjadi Menteri Pertahanan. Sehingga dengan demikian sangat kecil sekali  peluang Anies untuk mendapatkan dukungan dari partai Gerindta.  

Akan tetapi kendati demikian, dukungan dari partai politik lainnya masih tetap terbuka bagi Anies. Misalnya saja sebagaimana publik menyorot manuver Si "Brewok", Surya Paloh, pendiri partai Nasdem beberapa waktu lalu, tidak menutup kemungkinan rumor yang ketika itu, bahwa Nasdem akan mendukung Anies menjadi Capres 2024 mendatang akan menjadi kenyataan.

Hanya saja apabila mengingat pada aturan ambang batas dukungan suara parpol untuk calon pressiden sebesar 20 persen, maka partai Nasdem pun harua bekerja keras untuk mendapatkan dukungan partai politik lainnya yang seiman. Seperti misalnya dengan PKS dan PAN yang pada Pilkada DKI Jakarta medukung pasangan Anies-Sandi. 

Namun hal itu pun untuk sekarang ini akan sulit untuk dilakukan. Karena sudah pasti akan terjadi persaingan yang ketat berebut dengan partai Gerindra  Walhasil apabila Pilpres dilaksanakan sekarang ini, peluang Anies pun akan bertolak belakang dengan hasil beberapa lembaga survey baru-baru ini.

Apa boleh buat. Dengan fakta seperi di atas, harapan Anies untuk ikut meramaikan bursa kandidat presiden 2024 bisa jadi hanyalah merupakan harapan yang tinggal harapan belaka. 

Kecuali barangkali kalau nasib baik masih berpihak kepada yang bersangkutan, misalnya saja Prabowo urung mencalonkan kembali sebagai capres, ditambah lagi adanya perubahan dalam sikap Anies sendiri yang banyak dianggap banyak pihak lebih banyak menata kata daripada menata Ibu kota, sebagaimana yang dilakukannya selama ini, misalnya saja dalam menangani banjir yang sudah terjadi beberapa kali dengan cara yang tepat dan hasilnya pun jelas dapat dilihat, dan ke depannya tidak terjadi lagi banjir yang menyengsarakan rakyatnya, ditambah juga dengan bantuan tangan Tuhan...

Paling tidak harapan itu masih tetap ada bagi seorang Anies Baswedan. Untuk maju sebagai capres, tentu saja. Sementara untuk sampai berhasil jadi pemenang, tampaknya masih dibutuhkan lagi upaya dan doa yang lebih banyak lagi *** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun