"Jadi apa yang dihancurkan gedung-gedung itu oleh Jakpro, sebenarnya yang dihancurkan bukan hanya fisik dan materi saja, tetapi jiwa dari para seniman dan budayawannya, karena 2 tahun mereka akan nganggur enggak ngapa-ngapain," tegas Radhar.
Dia juga tak terima para seniman dianggap sebagai beban APBD. Dia menilai hal ini merupakan cara berpikir yang keliru.
Sementara Anies Baswedan sendiri dalam menanggapi protes yang dilakukan para seniman dan budayawan tersebut, beranggapan ada perbedaan imajinasi antara pihaknya dan para seniman yang keberatan terkait revitalisasi TIM atau Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
"Soal pembangunan TIM ini kalau imajinasinya berbeda repot. Orang-orang membuat imajinasi, lalu kami yang disalahkan," kata Anies di Jakarta, Jumat, 29 November 2019.
Karena imajinasi yang berbeda tersebut, kata Anies, akhirnya ada penentangan dari para seniman terkait pembangunan hotel bintang lima dan masuknya PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola kawasan budaya dan kesenian itu.
"Karena imajinasi soal TIM yang kita buat beda dengan imajinasinya (para seniman), maka itu kami disalahkan," tuturnya.
Padahal, tutur Anies, Pemprov DKI Jakarta berencana menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat kesenian dan kebudayaan bertaraf internasional. Sehingga nantinya hadir di TIM itu adalah pelaku-pelaku kebudayaan dari seluruh dunia.
Dengan pembangunan hotel dan wisma, para seniman dari berbagai belahan dunia tak perlu repot mencari penginapan bila berkunjung ke Jakarta.
"Pelaku seniman dunia itu datang ke Jakarta tidak tinggal di luar (komplek TIM), tapi bisa di dalam. Selama 24 jam di situ," sambungnya.
 Beda pandangan antara para seniman/budayawan dengan Anies Baswedan, terkait revitalisasi TIM ini menunjukkan suatu fakta yang jelas, bahwa tudingan seniman/budayawan terhadap Gubernur DKI Jakarta yang hendak mengkapitalisasi "rumah" mereka, adalah benar adanya.
Anies Baswedan yang berlatar belakang seorang akademisi, dan notabene dianggap publik memahami humaniora, ternyata pola pikirnya cenderung berfikir sesat, dan lebih mengedepankan profit, atawa keuntungan material belaka.