Politikus partai Gerindra, Andre Rosiade, meradang karena merasa diserang setelah isu jebak-menjebak pekerja seks komersial (PSK), di kota Padang, Sumbar, tersebar luas, dan membuat nama baiknya jadi tercemar.
Anggota komisiVI DPR itu menduga, serangan itu muncul setelah dirinya mengkritik Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, sebagai Komisaris tama rasa Direktur utama PT Pertamina (Persero).
Melalui akun Twitter-nya, Andre mencuit: "Penggerebekan 26 Jan, Sy mulai diserang 4 Feb, setelah mengkritik Ahok Komisaris rasa dirut di 3 Feb. dan kalo diperhatikan yyg menyerang adalah akun2 yg diduga pendukung yg bersangkutan. He..he..he berasa jadi mas @aniesbaswedan ogut."
Lebih jauh Andre menjelaskan cuitannya itu, orang yang menduga dirinya menjebak PSK mayoritas berasal dari luar kota Padang, dan sumtera Barat.
Tudingan Andre Rosiade menjadikan BTP sebagai kambing hitam, sama sekali tidak mendasar. Â Terbukti politikus PKS pun, Tifatul Sembiring mengkritiknya begitu tajam.
Melalui akun Twitternya mantan Presiden partai dakwah itu mencuit: Tanya: Apakah logika mas Andre membuktikan ada maksiat spt ini ? : Booking kamar, pesan PSK, "main" dengan orang suruhan, grebek bersama petugas dan wartawan. Lalu mas Andre bilang, "Tuh kan maksiat ada di Padang". Begitukah mas...??
Tapi sejak ketua umum partai Gerindra, Prabowo Subianto diangkat menteri pertahanan, kemungkinan besar hubungan kedua partai politik tersebut menjadi renggang.
Hanya saja suatu hal yang mustahil jika dalam kasus penggerebekan PSK itu, tiba-tiba PKS berpihak kepada BTP, alias Ahok. Bukanlah selama ini BTP dianggap seteru juga oleh partai yang sekarang ini dipimpin Shohibul Iman?
Oleh karena itu tudingan Andre pun dianggap sebagai suatu sikap seorang pecundang yang kehilangan kesadaran. Di saat terkapar, diapun lalu mencari kambing hitam. Bukannya menyadari kalau memang yang terjadi saat ini, yakni penggerebekan PSK, merupakan buah tangannya sendiri.
Sebagai anggota DPR pun seharusnya Andre jujur mengakui, memang betul dirinya telah berbuat di luar tupoksinya. Ikut bersama polisi melakukan razia.
Padahal seharusnya tugas seorang anggota DPR, apabila menerima aspirasi, atawa aduan masyarakat terkait suatu masalah, apalagi masalahnya seperti yang telah terjadi, yaitu merazia PSK, si Andre ini cukup melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan jajaran Satuan Polisi Pamong Praja kota Padang.
Lalu tunggu laporan hasilnya. Setelah itu bersama pemerintah setempat, dan jajaran aparat kepolisian, Andre melakukan evaluasi. Apabila dianggap sukses, wajar seorang Andre pun mengucap terima kasih. Tapi jika masih tidak kondusif juga, alias praktik pelacuran di kota Padang masih tetap marak terjadi, tinggal beri masukan, atawa bisa juga melaporkan pimpinan kepolisian Padang kepada Kapolda Sumatera Barat.
Sama halnya dengan Wali kota Padang pun bisa dievaluasi kerjanya, oleh Gubernur Sumbar, dan Menteri Dalam Negeri. Jika kemaksiatan masih saja marak terjadi. Gitu saja kok repot.
Atawa memang seorang Andre ini memiliki misi lain. Misalnya saja karena tak lama lagi di Sumatera Barat akan diselenggarakan pemilihan gubernur, dan politikus Gerindra ini sedang pasang kuda-kuda untuk mendapat dukungan dari masyarakat Padang?
Akan tetapi, itu tadi, ternyata usaha yang dilakukannya itu pun dianggap sudah salah langkah. Bahkan partai Gerindra pun yang semula menggadang-gadang yang bersangkutan sebagai kandidat yang dijagokan, tokh setelah mengetahui kelakuan Andre seperti itu, akhirnya membatalkannya.
Oleh karena itu, alangkah bijaksananya seorang Andre Rosiade sebaiknya menutup mulut saja. akan lebih baik lagi untuk pergi ke puncak gunung Kerinci, seorang diri. Merenunglah, dan melakukan introspeksi diri.
Ah, sepertinya sulit seorang Andre Rosiade berbuat bijak seperti itu. Sekarang saja, anggota DPR rasa Satpol PP itu malah meradang, dan mencari kambing hitam.
Keterlaluan memang. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H