Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Soal Ashanty dan Sandalnya yang Putus, Malah Beli Koper Seharga Rp 5 Juta

10 Februari 2020   09:41 Diperbarui: 10 Februari 2020   09:47 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ashanty - Sumber: Kompas.com

Banyak orang yang tak Habis pikir dengan tingkah-laku seberiti yang satu ini. Termasuk Anang Hermansyah, suaminya sendiri. Gara-gara sandal yang dipakainya putus talinya, saat kepeleset jatuh, Ashanty malah membeli koper seharga Rp 5 juta.

Apa hubungannya antara kepeleset jatuh, lalu tali sandalnya putus, dengan koper yang dibelinya itu?

Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Ashanty menjelaskan kejadian tersebut.

"Jadi guys, aku beli koper gara-gara sandalku putus di tempat koper, jadi aku malu," katanya, Kamis (6/2/2020) lalu.

Mendengar alasan istrinya, Anang Hermansyah nyeletuk, "Malunya saja Rp 5 juta. Malu doang, gara-gara sandal yang harganya Rp 150 ribu."

"Coba misalnya pas (sandal) robek, di sebelahnya ada Ferrari, belinya Ferrari pasti, menanggung malu," seloroh mantan suami Krisdayanti itu.

Kita pun paham duduk masalahnya. Ya, hanya karena merasa malu, katanya. Akan tetapi di balik semua itu, ada sesuatu hal yang mengganjal.

Kejadian yang menimpa Ashanty itu sebenarnya kejadian yang sepele sebenarnya. Biasa terjadi, dan pernah dialami banyak orang. Terutama orang-orang yang hidupnya pas-pasan. Sebagaimana sering dialami juga oleh penulis sendiri.

Ketika sandal jepit yang dipakai putus, kepeleset karena menginjak tanah yang becek misalnya. Daripada hanya memakai satu sandal jepit yang masih utuh, sehingga harus jalan terpincang-pincang (padahal kakinya sendiri tidak apa-apa). Ya sudah dibuang saja. Habis perkara.

Tapi tidak kok. Kadangkala sendal yang putus itu dipungut lagi. Dibawa pulang. Sementara sandal yang satunya lagi dilepas juga. kalau kebetulan nemu kantong kresek, dimasukin dua-duanya. Jalannya nyeker saja sekalian.

Sampai di rumah, tali sandal yang putus itu dijahit, agar tersambung kembali. Lumayan, bisa dipakai lagi walau hanya untuk dipakai di sekitar rumah  juga.

Perkara harus menanggung rasa malu, terlebih lagi kalau tali sandalnya itu putus di tengah keramaian, memang dirasakan juga. Sebagaimana yang dialami Ashanty itu. Hanya saja berhubung kehidupan penulis jauh berbeda dengan Ashanty, maka rasa malu itu dengan terpaksa dienyahkan saja.

Karena jangankan untuk beli koper seharga Rp 5 juta, sendal yang putus itu saja belum lunas kreditannya dari tukang kridit keliling yang saban minggu rajin menyambangi gubuk penulis ini. Sehingga pilihannya tiada lain, terpaksa dibawa pulang.

Hanya saja berhubung keluarga Anang Hermansyah termasuk sederet selebritas di negeri ini, maka apapun yang terjadi terhadap keluarganya itu, termasuk hanya kepeleset jatuh, dan sandalnya putus pun, bakal jadi komoditas berita.

Sementara penulis yang hidupnya pas-pasan, usai membaca berita tersebut, selain sedikit keheranan, juga hanya (glek!) mampu menelan ludah dibuatnya.

"Heibatnya selebritas bangsa ini!" bisik saya dalam hati. Soal sepele saja sampai orang seluruh dunia jadi mengetahuinya. Terlebih lagi hanya untuk menutupi rasa malunya saja harus dibayar seharga Rp 5 juta lagi.

Walhasil, sebagaimana dikatakan Anang Hermansyah tadi, kalau Ashanty mengalami robek sandalnya di dekat Ferarri, mungkin juga untuk menutup malunya itu akan senilai super car yang milyaran rupiah harganya.

Memang di satu sisi kita bisa menilai tingkah-laku selebritas semacam itu, merupakan sesuatu hal yang berlebihan. Snob. Sok pamer kekayaan.

Tapi di sisi lain, kita pun bersikap memakluminya. Merupakan suatu hal yang wajar mereka bertingkah seperti itu. Bukankah kekayaan yang mereka miliki pun merupakan hasil jerih-payahnya sendiri. Paling tidak, sebagai refleksi mensyukuri rezeki yang diberkan Tuhan kepada dirinya.

Ya, kita banyak yang tidak tahu perjuangan Anang Hermansyah dalam menggapai sukses seperti sekarang ini. Dan tahunya sudah top-markotop saja. Padahal sebagaimana kebanyakan pekerja seni lainnya, termasuk para penulis juga, awalnya dituntut harus bekerja keras dalam menempa diri.

Jadi siapapun ingin sukses, ya harus disiplin, dan bekerja keras. Jangan seperti mereka yang menghasilkan popularitas dan kekayaan secara instan, seperti para koruptor itu.

Sudah kekayaannya itu dari hasil maling duit negara ,  sok pamer lagi. 

Hadeuh, dasar gak punya urat malu!***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun