Perkara harus menanggung rasa malu, terlebih lagi kalau tali sandalnya itu putus di tengah keramaian, memang dirasakan juga. Sebagaimana yang dialami Ashanty itu. Hanya saja berhubung kehidupan penulis jauh berbeda dengan Ashanty, maka rasa malu itu dengan terpaksa dienyahkan saja.
Karena jangankan untuk beli koper seharga Rp 5 juta, sendal yang putus itu saja belum lunas kreditannya dari tukang kridit keliling yang saban minggu rajin menyambangi gubuk penulis ini. Sehingga pilihannya tiada lain, terpaksa dibawa pulang.
Hanya saja berhubung keluarga Anang Hermansyah termasuk sederet selebritas di negeri ini, maka apapun yang terjadi terhadap keluarganya itu, termasuk hanya kepeleset jatuh, dan sandalnya putus pun, bakal jadi komoditas berita.
Sementara penulis yang hidupnya pas-pasan, usai membaca berita tersebut, selain sedikit keheranan, juga hanya (glek!) mampu menelan ludah dibuatnya.
"Heibatnya selebritas bangsa ini!" bisik saya dalam hati. Soal sepele saja sampai orang seluruh dunia jadi mengetahuinya. Terlebih lagi hanya untuk menutupi rasa malunya saja harus dibayar seharga Rp 5 juta lagi.
Walhasil, sebagaimana dikatakan Anang Hermansyah tadi, kalau Ashanty mengalami robek sandalnya di dekat Ferarri, mungkin juga untuk menutup malunya itu akan senilai super car yang milyaran rupiah harganya.
Memang di satu sisi kita bisa menilai tingkah-laku selebritas semacam itu, merupakan sesuatu hal yang berlebihan. Snob. Sok pamer kekayaan.
Tapi di sisi lain, kita pun bersikap memakluminya. Merupakan suatu hal yang wajar mereka bertingkah seperti itu. Bukankah kekayaan yang mereka miliki pun merupakan hasil jerih-payahnya sendiri. Paling tidak, sebagai refleksi mensyukuri rezeki yang diberkan Tuhan kepada dirinya.
Ya, kita banyak yang tidak tahu perjuangan Anang Hermansyah dalam menggapai sukses seperti sekarang ini. Dan tahunya sudah top-markotop saja. Padahal sebagaimana kebanyakan pekerja seni lainnya, termasuk para penulis juga, awalnya dituntut harus bekerja keras dalam menempa diri.
Jadi siapapun ingin sukses, ya harus disiplin, dan bekerja keras. Jangan seperti mereka yang menghasilkan popularitas dan kekayaan secara instan, seperti para koruptor itu.
Sudah kekayaannya itu dari hasil maling duit negara , Â sok pamer lagi.Â