"Sudahlah, berhenti dulu salatnya. Nanti kita salat berjamaah berdua. Tapi sekarang ke kamar dulu, Akang sudah gak tahan," dengusnya sambil memeluk tubuh sosok yang sedang bersujud itu dari arah belakang.
"Astaghfirullah... Asep, ini mah emak. Ibu mertuamu. Bukan Nining, istrimu!" kata perempuan yang sedang dipeluknya.
Sontak Kang Asep pun jadi blingsatan. Mukanya yang merah-padam langsung berubah jadi seperti tak berdarah. Malu dan takut disebut menantu kurang ajar, berkecamuk dalam hati Kang Asep.
Untungnya di ruangan itu hanya ada mereka berdua saja. tidak ada pihak ketiga. Apalagi anak dan istrinya. Maka Kang Asep pun buru-buru bersujud di kaki ibu mertuanya. Memohon ampunan, karena bukan disengaja. Karena Kang Asep menyangka yang sedang salat itu adalah istrinya.
Untung pula ibu mertuanya termasuk seorang ibu yang pengertian. Ia pun memaafkan kelakuan Kang Asep. Hanya saja sambil diembel-embeli, "Makanya jangan suka terburu-buru. Untung saja tidak langsung ditembak. Bisa runyam tuh nantinya!"
Kang Asep pun hanya bisa menunduk sambil tersipu.
"Ya, untung saja," kata Kang Asep, tapi cuma dalam hatinya saja. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H