"Godaan untuk melakukan perselingkuhan, baik dengan perempuan bayaran, maupun dengan kelas amatiran, selalu saja ada. Bukankah setiap pembeli tahu yang saya jajakan rata-rata kaum perempuan. Tapi kalau sekedar colek-colek, karena sebelumnya ada sinyal, bukan selingkuh 'kan namanya?"
"Asal tidak keterusan saja. Kalau sebatas bercanda sih gak apa-apa. Namanya juga pedagang," sahut saya sekenanya.
"Termasuk sama ibu mertua sendiri ya?"
"Maksud Kang Asep?" tanya saya keheranan. Dalam hati pun langsung ada kecurigaan yang bukan-bukan.
"Kemarin sore, ketika saya tiba di rumah... " katanya.
Sebagaimana diakuinya, ibarat kafilah yang sedang kehausan di padang pasir gurun Sahara saja laiknya, otak Kang Asep penuh dengan fantasi kerinduan terhadap istri tercinta  yang tak terbendung.
Hanya saja susana di dalam rumah terasa begitu sepi. Tak seorang pun yang menyambut kedatangannya.
Akan tetapi Kang Asep sadar. Bisa jadi isrei maupun ibu mertuanya sedang menunaikan salat Asar. Sementara anak-anaknya masih belajar mengaji di madrasah.
Oleh karena itu agar tidak mengganggu yang sedang salat, saat Kang Asep masuk ke rumah dengan cara mengendap-endap. Sekalian ingin membuat sedikit kejutan, pikirnya.
Benar saja. di ruang dalam Kang Asep melihat seseorang sedang bersujud di atas sajadah. Berkain mukena juga. tidak syak lagi kalau yang sedang salat itu adalah sang istri tercinta.
Maka setelah menaruh tas dan barang bawaan lainnya, dengan mengendap-endap Kang Asep langsung menyergap perempuan yang sedang bersujud itu.